Reporter: Nada – Editor: Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) atau sering disebut dengan Gunung Manggah, Kecamatan Samarinda Kota akhir-akhir ini menjadi sorotan. Pasalnya, daerah yang lalu lintasnya terbilang padat tersebut kerap terjadi kecelakaan lalu lintas (Lakalantas).
Seperti yang baru saja terjadi, pada Kamis 30 Januari 2020 lalu. Sebuat truk yang diduga rem blong menabrak masyarakat yang melintas di jalan tersebut hingga menewaskan 4 pengendara. Dampaknya, sebagian masyarakat sekitar merasa trauma dengan kejadian tersebut.
Pengamat Tata Kota Farid Nurrahman mengatakan, harus ada rekayasa lalu lintas yang diterapkan di sekitar Gunung Manggah.
“Karena memang daerah tersebut merupakan daerah yang padat lalu lintas masyarakat, disitu juga ada pasar yang pastinya sama (padatnya),” ungkapnya yang dihubungi via telepon seluler, Rabu (5/2/2020).
Menurutnya, ada beberapa mekanisme nisa dilakukan di wilayah tersebut. Seperti, Jalur naik di buat dua lajur, sementara jalur turun dibuat satu lajur.
“Ini sudah diterapkan di beberapa daerah yang memang memiliki banyak perbukitan,” katanya.
Selain itu, hal yang dapat dilakukan yaitu kemiringan jalan bisa dikurangi. Hal itu juga dilakukan di jalan poros Samarinda-Bontang tepatnya di Gunung Menangis. Kemiringan dikurangi dengan cara penebalan jalan didaerah bawah.
Sehingga, jalan tersebut tidak terlalu curam.
“Atau cara lain yaitu seperti pembatasan kecepatan untuk sisi turunan. Salah satu cara untuk membatasi kecepatan tersebut dengan memberikan polisi tidur dijalur turun. Atau seperti yang dibuat di daerah Jawa Barat. Yaitu pemasangan bumper disisi kiri dan kanan,” tambahnya.
Tujuannya tidak lain untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi di Gunung Manggah tersebut.
“Kalaupun terjadi kecelakaan, bumper tersebut bisa mereduksi hentakan kendaraan terhadap pembatas jalan. Jadi, bumper tersebut berupa roda-roda. Hal itu penerapan yang dilakukan dari negara Korea Selatan,” tambahnya.
Ia menyebut, daerah Gunung Manggah memang sangat mepet. Sehingga, cara yang menurutnya paling mungkin ialah mengurangi sudut kemiringan di jalan tersebut. Tidak harus dilakukan relokasi kepada pedagang sekitar.
“Kalau merelokasi penjual kayu disekitar situ kan harus dilihat dulu, dia resmi atau tidak. Ada surat ijinnya tidak. Kalau ada kan itu tidak bisa dilakukan relokasi. Ya, cara paling ideal yaitu penebalan jalan saja. Seperti yang dilakukan di Gunung Menagis,” pungkasnya.
502 Views