Insitekaltim, Samarinda— Kegiatan kelas fashion yang diikuti pelajar, Sarah Maulida, memberikan pengalaman baru sekaligus membuka wawasan tentang dunia mode. Menurutnya, fashion tidak semata soal estetika, tetapi juga menyangkut konsep serta proses kreatif di balik terciptanya sebuah busana.
Kelas fashion yang difasilitasi Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Samarinda tersebut menghadirkan pelaku ekonomi kreatif bidang fashion, salah satunya Musrifah atau yang akrab disapa Bunda Gilfa, pemilik brand Gilfantee.
Melalui kegiatan bertajuk Berbincang-Bincang, Musrifah mengajak para peserta mengenal dasar-dasar perancangan busana, mulai dari pembuatan ilustrasi hingga penyusunan moodboard sebagai referensi inspirasi sebelum sebuah karya diwujudkan.
Sarah mengaku ketertarikannya mengikuti kelas fashion berawal dari rasa penasaran terhadap proses desain pakaian, mulai dari pemilihan warna hingga potongan busana. Ia ingin mengetahui tahapan yang harus dilalui sebelum sebuah busana tercipta, sekaligus menambah pengalaman dan melatih keberanian untuk keluar dari zona nyaman.
“Setelah mengikuti kegiatan ini, saya jadi memahami bahwa desain busana bukan hanya soal keindahan, tetapi juga memiliki konsep, cerita, dan tahapan proses yang harus dilalui,” ujar Sarah saat diwawancarai melalui WhatsApp Minggu, 14 Desember 2025.
Ia menuturkan, manfaat terbesar yang dirasakan adalah meningkatnya keberanian dalam menuangkan ide serta tumbuhnya sikap menghargai proses kreatif, meskipun hasil karya yang dihasilkan belum sepenuhnya sempurna. Menurutnya, kegiatan tersebut turut mengasah kepekaan dan kreativitas para peserta.
Lebih lanjut, Sarah menilai kelas fashion tersebut cukup menginspirasi dirinya untuk menekuni dunia mode secara lebih serius. Ia memandang fashion sebagai medium untuk mengekspresikan identitas, kreativitas, sekaligus menyampaikan pesan melalui busana.
Sarah juga mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi desainer, khususnya di bidang gaun atau busana pesta yang memiliki konsep dan cerita di setiap rancangan.
“Saya ingin menciptakan busana yang tidak hanya dikenakan, tetapi juga memiliki makna yang dapat dirasakan,” katanya.
Adapun tantangan terbesar yang ia hadapi selama proses pembuatan desain dan moodboard adalah menyatukan berbagai ide ke dalam bentuk visual yang utuh. Meski demikian, tantangan tersebut justru mengajarkannya untuk lebih sabar dan percaya pada proses.
Terkait keberlanjutan kegiatan serupa, Sarah berharap pemerintah dapat lebih sering menghadirkan kelas dengan praktik langsung, pendampingan dari pelaku industri fashion, serta menyediakan ruang untuk memamerkan karya peserta.
“Hal ini penting agar kegiatan tidak berhenti pada tataran teori saja, tetapi benar-benar memberikan pengalaman nyata bagi generasi muda ke depan,” pungkasnya.

