
Insitekaltim,Samarinda – Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Nidya Listiyono menjadi pemateri dalam Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Angkatan I Tahun 2024 yang diinisiasi oleh Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Rabu (17/7/2024).
Nidya menyampaikan materi terkait Spirit dan Etika Jurnalistik. Dalam materi tersebut, ia menjabarkan wartawan terbagi menjadi dua, yakni wartawan biasa dan wartawan luar biasa.
Wartawan biasa, politikus Partai Golkar ini melanjutkan, merupakan wartawan yang hanya mencari isu, mewawancarai narasumber dan membuat beritanya. Untuk wartawan luar biasa, mereka akan terus mengasah kemampuan menulis dan menggali isu di lapangan.
“Kalau berteman dan membaca orang hebat, maka di alam bawah sadar akan merekamnya dan secara kualitas tulisan itu ada ruhnya,” ujarnya di Ruang Rapat MSI Group, S Cafe Lantai II, Samarinda.
Ketua Pakar JMSI Provinsi Kaltim itu menyampaikan saat ini semua orang sudah mampu menjadi jurnalis. Dicontohkannya, masyarakat berbondong-bondong membuat media sosial dan menggunakannya untuk memberikan informasi.
“Semua sudah bisa nge-Youtube. Mereka bikin video, sampaikan informasi di sana. Lewat Instagram bisa, Facebook bisa. Semua sudah bisa berjurnalistik,” jelasnya.
Dalam 9 elemen jurnalistik, dirinya lebih menekankan terkait poin yang berbunyi bahwa jurnalistik harus mampu memikat sekaligus relevan. Artinya, wartawan ketika menjalankan tugasnya harus mampu memikat dengan tulisannya, memikat narasumbernya dan harus relevan memberitakannya.
Nidya menayangkan sebuah video singkat yang berisikan tentang gambaran inovasi melalui filosofi botol. Botol yang diisi air minum, memiliki harga ribuan rupiah. Botol berisi jus buah, memiliki harga puluhan ribu.
Sedangkan, botol berisi parfum bisa berharga jutaan rupiah. Botol berisi air comberan sudah pasti dibuang karena tidak memiliki nilai. Dari filosofi botol tersebut, bisa diambil pembelajaran bahwa apapun tempatnya, yang membedakan hanya isinya.
“Umur itu seperti es batu. Digunakan, tidak digunakan es batu akan mencair. Maka, pastikan untuk menggunakan sisa usia yang ada untuk melakukan kebaikan,” isi kutipan dalam video tersebut.
Pria yang belakangan ini menjadi mengajar di Universitas Mulawarman itu menegaskan terkait memperdalam skill dan memegang teguh intergitas. Skill dalam dunia jurnalistik sangat diperlukan guna menunjang penulisan. Sedangkan intergitas yang teguh akan membuat wartawan bekerja dengan hati dan menjaga Kode Etik Jurnalistik.
“Kalau bekerja senilai Rp3 juta tetapi malas-malasan, dengan nilai Rp2 juta. Maka Rp1 jutanya akan diambil oleh Allah melalui musibah, ban bocor, pacar diambil. Tapi kalau bekerja digaji Rp3 juta, bekerjanya seperti Rp5 juta. Maka Allah balas sisanya dengan kebaikan lainnya,” ungkapnya.
Melalui kebiasaan suksesnya dikutip dari Stepgen Covey, Nidya menjelaskan delapan poin. Pertama, jadilah proaktif. Bagaimana caranya menjadi pribadi yang aktif dan terus mengasah kemampuan komunikasi. Kedua, mulailah dengan tujuan akhir dipikirkan. Disarankannya, agar sudah memiliki gambaran akhir dari apa yang dilakukan.
Ketiga, dahulukan yang utama. Artinya, mengetahui prioritas tugas. Keempat, berpikir menang-menang. Di mana kesuksesan hanya memikirkan menang walaupun terjadi ratusan kekalahan. Kelima, berusaha mengerti sebelum dimengerti. Memahami bagaimana manusia ingin dimengerti.
“Keenam, mewujudkan sinergi atau kerja sama yang kreatif. Ketujuh, asahlah gergaji. Kita harus bersiap dulu, mengasah kemampuan kita sebelum bertempur di lapangan, iya kan? Terakhir, menggali dan menemukan potensi,” kata Nidya.
Terakhir, ia berpesan agar wartawan terus belajar. Belajar tidak hanya di sekolah. Belajar bisa di mana saja. Apapun bidang yang dipelajari akan menberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat banyak.