Reporter: Nada – Editor: Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Kota Samarinda harus mempersiapkan diri sebagai kota yang merupakan salah satu penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Masih banyak masalah yang terjadi di Ibu Kota Provinsi Kaltim ini. Seperti persiapan sumber daya manusia (SDM), konsep mitigasi dan infrastruktur serta manajemen pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).
Akademisi Universitas Mulawarman bidang Teknik Sipil Tiopar Gultom mengatakan, butuh peranan dari luar pemerintahan kota yaitu akademisi yang spesialis dibidangnya untuk membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda memberikan masukan untuk menyelesaikan masalah khususnya banjir di Kota Tepian ini.
“Para pakar duduk bersinergi untuk melihat bagaimana kota kita tercinta ini. Kemudian memberi masukan ke pemerintah, agar kota ini bisa bertumbuh dan berkembang dan lebih kita cintai lagi,” ungkapnya saat FGD, di Hotel Grand Victoria, Jalan Letjend S Parman, Samarinda, Rabu (12/2/2020).
Masalah terbesar yang hingga kini selalu menghantui Samarinda ialah banjir.
“Perlu adanya perubahan untuk wajah IKN sebagai kota penyanggah. Pendangkalan DAS merupakan salah satu faktor terjadinya banjir di kota,” katanya.
Ia melanjutkan selain pendangkalan DAS, alih fungsi lahan juga sangat berpengaruh.
“Dahulu, daerah yang menjadi wilayah terbuka hijau, daerah resapan air dan tempat genangan air, kini telah menjadi pemukiman masyarakat atau jalan raya,” jelasnya.
Ia menegaskan pemerintah harus menyiapkan infrastruktur dengan sangat matang.
“Jika dibiarkan dengan tidak terkontrol, DAS akan susah terjaga, pemerintah kota juga akan sulit menyiapkan dana untuk infrastrukturnya. Akibatnya kota semakin kumuh, kemiskinan makin tinggi, semua akan berdampak,” terangnya.
Dari sisi teknik sipil, dampak dari tata ruang yang menyebar, tidak semua wilayah pemukiman bisa tersedia drainase.
“Contohnya ada di Bengkuring. Perencanaan mungkin ada, tapi eksekusinya tidak fokus. Jadi jika mau menyelesaikan banjir di daerah seperti Lembuswana, harus dipikirkan matang-matang,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan, banyak drainase di Samarinda yang mengalami pendangkalan.
“Harus disiapkan dana khusus untuk membersihkan drainase tersebut,” lanjutnya.
Ia menyampaikan pengadaan drainase juga penting.
“Tapi pembiayaannya besar. Minimal pemeliharaan saja dulu harus tercukupi. Saya mengusulkan seperti yang ada di Jakarta ada pasukan biru. Nah harusnya pada drainase kota yang primer disitu ada tarif khusus untuk membersihkan drainase. Harus dipertimbangkan juga sehingga nanti kita tidak pusing lagi mikirkan,” pungkasnya.
Tidak ada komentar
Pemindahan ibu kota memang tidak bisa di pungkiri, kita sebagai masyarakat kaltim harus bisa mempersiapkan diri dengan mengembangkan skill yang ada agar tidak terkikis oleh pendatang