Reporter : Samuel – Editor : Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Pertumbuhan investasi Kalimantan Timur (Kaltim) turun sebesar 49,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2019. Sebelumnya, Rp35,62 triliun bisa dicapai pada tahun lalu. Namun saat ini Rp4,64 triliun saja yang bisa dicapai Kaltim.
Berdasarkan data tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kaltim Muhammad Sa’bani mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi alasan penurunan pertumbuhan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa kondisi epidemi seperti ini membuat masyarakat menahan diri untuk melakukan aktivitas. Termasuk kalangan investor yang ingin melakukan investasi.
“Sebagian investor menahan diri, mereka tidak berani bepergian karena Covid-19 ini. Kalau tidak ada pandemi, investasi akan terdorong terus,” ucapnya saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat (20/8/2020).
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami penurunan drastis. Walaupun tetap ada investasi yang dilakukan di sektor pertambangan, industri, serta UMKM. Tapi data menunjukan tahun ini, investasi keduanya tidak begitu tinggi dibandingkan tahun lalu.
Sehingga menyiasati hal tersebut, transformasi ekonomi pun dilakukan oleh Pemprov Kaltim. Sa’bani menyebut pempov melakukan transformasi dalam industri pengolahan karet menjadi ban. Lalu ada industri perikanan yang menjadi bermacam produk olahan. Tetapi ia menjelaskan bahwa untuk industri sawit tidak begitu banyak turunan untuk diinvestasikan.
“Batu bara yang mulai dijajaki kembali. Sudah ada MoU untuk pengolahan batu bara kalori rendah menjadi metanol. Saat ini sedang menyusun MSnya. Nah itu bagian dari transformasi ekonomi yang dapat diperbaharui,” jelasnya.
Dari pertambangan sendiri, terang Sabani, kenaikan investasi tidak berdampak secara signifikan. Sebab, permintaan pasar dunia juga mengalami penurunan. Walaupun masih ada produksi batu bara yang merupakan permintaan pelanggan dari dalam negeri.
Sabani menyebut bahwa Pemprov merencanakan melakukan pergeseran beberapa sektor yang potensial. Yakni pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang renewable seperti perkebunan dan kehutanan melalui hutan tanaman industri.
“Mudah-mudahan jika IKN ini terus berlanjut, pengolahan kayu memungkinkan prospek yang baik bagi PMDN dan PMA. Perikanan juga kita galakkan untuk bisa menghasilkan olahan dari ikan maupun udang,” beber Sabani.