
Insiteklatim,Sangatta – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur dr Bahrani Hasanal menjelaskan mengenai upaya pihaknya dalam mengurangi angka stunting.
“Stunting terjadi karena kekurangan protein jangka panjang, biasanya di seribu hari pertama kehidupan. Yaitu mulai hamil 9 bulan sampai umur dua tahun. Kalau kita terlambat mengintervensi kekurangan protein ini maka terjadilah stunting,”ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (26/10/2023).
“Stunting itu selain mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, yang utama itu menggangu pertumbuhan otak atau kecerdasan.
Stunting menurutnya masalah serius yang perlu ditangani dengan cepat, mengingat pentingnya mempersiapkan generasi yang unggul di tahun 2045. Karena pada 2045 Indonesia mendapatkan bonus demografi, bonus demografi itu usia produktif lebih besar dari usia nonproduktif.
“Anggaplah sekarang satu orang bekerja menanggung dua orang yang tidak bekerja. Nah harapannya nanti 2045, dua orang bekerja menanggung satu orang yang tidak bekerja,” jelasnya.
“Jadi kita bisa dianggap negara maju, untuk itulah kita bersiap dari sekarang,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Dinkes Kutim luncurkan program pemberian makanan tambahan dari anggaran bantuan operasional kesehatan (BOK). Selain itu, mereka juga mengadakan penimbangan di posyandu, pemeriksaan ibu hamil, dan berbagai tindakan lainnya untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka stunting.
Di sisi lain Irma Ariyani Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kutai Timur menambahkan bahwa program penurunan stunting masih berlanjut dan telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 17 persen.
“Data stunting sekarang sudah turun jadi 17 persen. Itupun data hasil kunjungan ke posyandu dan data itu masih sangat rendah tapi itu hasil data validasi dari petugas puskesmas,” paparnya.
Menurutnya, Dinkes Kutim juga telah menerima bantuan peralatan medis seperti infantometer bayi sebanyak 241 dari Kementerian Kesehatan, dari yang sebelumnya jadi total 308 dan itu masih dalam pendistibusian.
“Insyaallah nanti sampai akhir tahun sudah kita distribusikan untuk seluruh posyandu di Kutim,” imbuhnya.
Selain itu, Dinkes Kutim mengadakan Hb meter untuk mempersiapkan remaja atau calon pengantin sebagai calon ibu dengan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, termasuk pengecekan darah. Ini diharapkan dapat mengurangi risiko stunting pada anak-anak.