Insitekaltim, Makarti – Menekuni dunia bisnis merupakan sebuah tantangan bagi generasi muda yang malu untuk mencoba. Namun, melalui dunia bisnis generasi muda akan memiliki mental yang lebih kuat dibanding sebelumnya.
Hal ini dirasakan langsung oleh gadis kelahiran 2007 Anggi Nurmalasari, seorang pendiri Seblak The Uma yang saat ini masih duduk dibangku sekolah menengah kejuruan (SMK). Dirinya menyampaikan, mendirikan usaha sejak duduk dibangku sekolah merupakan sebuah kegiatan positif yang banyak mengubah dirinya.
“Dari dulu mau jualan gitu cuma karena aku anaknya takut mikirnya gini, aku bisa masak cuma aku malu masakanku dicicipin orang gitu,” kata Anggi di kediamannya di Desa Makarti, Kabupaten Kutai Kartanegara pada Sabtu, 18 Januari 2025.
Bahkan keinginannya untuk berjualan sudah datang sejak 2 tahun lalu, di tahun 2023. Setelah berhasil melawan rasa malunya selama 2 tahun, Anggi justru dapat mengembalikan modal usaha awal dalam 2 hari berjualan.
“Pertama kali belanja itu 1 jutaan, modal pertama. Kita bisa kembalikan modal selama 2 hari. Rame, sering kehabisan,” ungkap Anggi.
Saat pertama kali berjualan, Anggi mengaku tidak yakin ada pelanggan yang akan datang dan membeli. Namun, dirinya terus mengiklankan produknya melalui media sosial pribadinya sehingga banyak yang datang membeli.
Selanjutnya, Anggi juga menyampaikan agar anak muda tidak malu untuk mencoba semua hal sebab tidak masalah bagaimana orang lain memandang generasi muda seperti apa. Terpenting adalah bagaimana generasi muda mampu melihat potensi diri.
“Terus hal positif lainnya semenjak jualan, aku yang sebelum jualan ga ada kegiatan, banyak pikiran, stres, semenjak jualan kaya teralihkan ke kerjaan. Capek kerja aja, tidak ada waktu mikirin hal negatif,” ujarnya.
Anggi juga mengharapkan agar ke depan usahanya akan semakin berkembang dan dikenal orang banyak serta dapat berkembang menjadi lebih baik lagi.
Seblak The Uma, kata Anggi, buka setiap hari sekitar jam 11 siang usai menyiapkan bumbu masakan.
“Buka Setiap hari, tapi kalau kita capek kita tutup,” paparnya diselingi tawa.
Pelanggan yang datang beragam, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan, pelanggan tidak hanya datang dari Desa Makarti, tetapi juga Desa Prangat Selatan dan Desa Prangat Baru.
“Banyak dari Marangkayu ( Sekitar Desa Sebuntal) juga. Jauh kan, takut berpengaruh ke kualitasnya. Jadi kalau mau bisa ke rumah saya,” imbuhnya.
Sebagai informasi, Seblak The Uma yang menggunakan sistem prasmanan ini menarik tarif 1.000 – 3.000 per topping. Harga ini termasuk murah dibanding harga diperkotaan.
“Kita sesuaikan yang kita beli, kita ambil untung ya ambil tapi tidak yang banyak banget karena yang penting habis. Kemudian banyak juga anak-anak gitu, anak kecil jadi kita sesuaikan juga,” jelas Anggi.