Insitekaltim,Samarinda – Hari Raya Idulfitri sebentar lagi. Tidak lengkap rasanya merayakan hari kemenangan bagi umat Islam tanpa membeli baju Lebaran.
Memasuki era digitalisasi, kecenderungan orang untuk berbelanja juga perlahan berubah, dari yang datang langsung ke toko dan mal atau offline menjadi berbelanja secara online.
Terutama para Generasi Z atau Gen Z yang merupakan anak kelahiran tahun 1997-2012 ini menjadi generasi paling beradaptasi dengan teknologi, salah satunya belanja online.
Laporan baru dari International Council of Shopping Centers (ICSC) yang dikutip Business Insider, melakukan survei kepada 1.008 orang berusia 16-26 tahun, tentang kebiasaan dan preferensi belanja mereka.
Dari survei tersebut menunjukan 95 persen Gen Z suka berbelanja online. Namun, sebanyak 97 persen, mereka yang suka berbelanja online juga menikmati pergi ke mal.
Salah satu Gen Z yang membeli baju Lebaran secara online adalah Zamieka Sabella (22). Seorang mahasiswi di UINSI Samarinda itu sudah membeli outfit yang akan ia kenakan saat Lebaran melalui Shopee.
Bella sapaan akrabnya menjelaskan jika membeli secara online karena banyak promo menarik yang ditawarkan. Terutama pada momentum bulan Ramadan saat ini.
Selain itu, membeli secara online juga memiliki harga yang sangat jauh beda dengan di toko ataupun mal. Bahkan ia mengaku pernah mendapati pakaian yang sama dengan perbedaan harga hingga dua kali lipat.
“Pertama, tidak perlu keluar (rumah). Kedua, banyak promonya terlebih kalau misalkan kita pas di event-event tertentu itu pasti lebih murah,” terangnya, Sabtu (6/4/2024).
“Pernah beli baju offline cuman harganya dua kali lipat,” sambungnya.
Ketika ditanyai bagaimana jika pakaian yang ia beli tidak sesuai keinginannya atau berbeda dengan yang ada di foto, ia menjawab santai bahwa itu kejadian yang sudah biasa. Walau kesal tapi masih ada opsi pengembalian barang yang disediakan platform tersebut.
Baginya mencari pakaian sesuai selera dan harga yang murah menjadi yang utama. Untuk itu, ia tidak ragu membeli kebutuhannya via online ketimbang offline yang harganya mahal.
Beda lagi dengan Rizky Handayani (25). Ia mengaku telah memiliki outfit Lebarannya. Tidak seperti Bella, Kiki sapaan akrabnya lebih memilih membeli baju Lebaran secara offline.
Alasan utamanya adalah bisa melihat rupa pakaian idamannya secara langsung, bahkan bisa menyentuh dan mencobanya sebelum membeli.
Penjual akan dengan senang hati memperbolehkan para calon pembelinya untuk mencoba memakai pakaian dagangannya agar sesuai dengan bentuk dan panjang yang diinginkan konsumen.
“Karena bahannya kita bisa lihat, rasain, ukurannya bisa kita paskan,” ungkap Kiki.
Mengenai harga baju yang dibeli secara offline lebih mahal dari pembelian secara online, Kiki tidak terlalu memikirkan hal itu. Walau tergoda dengan harga murah, untuk membeli baju Lebaran secara online akan berisiko.
Risiko ini ia jabarkan apabila terjadi keterlambatan pengantaran yang lewat dari estimasi sampai di tangannya. Juga belum lagi ketika baju itu tidak sesuai, kekecewaan itu akan lebih besar dari mengeluarkan sedikit uang lebih.
“Bisa 4 kali lipat atau 3 kali lipat bedanya dari Jawa (perbedaan harga baju di toko Samarinda dan online) karena ini kan mau Lebaran. Tapi kalau salah, tambah kecewa nanti,” bebernya.
Melalui perbedaan cara belanja oleh kedua Gen Z tersebut, beberapa pertimbangan juga perlu dilakukan sebelum berbelanja baik online maupun offline. Sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan dianggap menjadi cara untuk selektif sebelum membeli.