Insitekaltim,Samarinda – Hampir enam tahun lamanya, Craft Indonesia Borneo menjelajah ke seluruh penjuru nusantara. Bahkan Syahril Darmawie sebagai Pemilik sekaligus Instrukturnya, telah melancong hingga ke “Negeri Petro Dollar” julukan Brunei Darussalam.

Dengan kemampuannya membatik sejak 1987, Syahril yang kerap dipanggil Kai, yang merupakan panggilan Kakek dalam bahasa suku Banjar itu, menunjukan kebolehannya merangkul kawan-kawan disabilitas.
“Kami mengajak sekitar 20 teman-teman disabilitas, termasuk teman-teman tunarungu, untuk belajar membatik. Hari ini kami bawa tiga orang,” ujar Kai dalam acara Culture Festival Indonesia Is Advanced di Lantai I Swiss-Belhotel Borneo Samarinda, Kamis (15/8/2024).
Terdapat tiga tingkatan dalam membatik. Tingkat dasar, terampil dan mahir. Untuk kawan disabilitas kala itu, diajarkan membatik tingkat dasar. Tak memakan waktu lama, hanya perlu dua jam sehari, kawan disabilitas mampu membuat pola dan esoknya diajarkan mewarnai batiknya.

Membawa inovasi, Kai memperkenalkan metode mewarnai batik yang tidak lagi perlu menggunakan api, canting dan ditiup-tiup. Hanya dengan bahan-bahan dapur sederhana, lilin cair batiknya bisa dibuat dengan mudah.
“Tepung ketan, tepung tapioka, garam benzoat, dan gula merah. Ini sangat cocok untuk pemula, termasuk anak-anak, karena mudah dan aman digunakan,” jelasnya.
Inovasi ini dibuatnya, sebab para muridnya bukan saja datang dari orang dewasa, tetapi juga anak-anak dari jenjang PAUD dan TK. Selain itu, kawan disabilitas juga tidak perlu khawatir apabila mereka tak mampu mengaplikasikan canting, botol bekas cuka pun siap jadi aplikatornya.
Tak hanya memberikan keterampilan, Kai pun ikut memamerkan hasil karya mereka dalam setiap kesempatan baik dalam pameran maupun acara besar yang memerlukan kehadiran batiknya.
Kegiatan positif ini terbuka untuk siapapun yang ingin mengolah karya batik. Kai Syahril siap meluncur.
Disebutkannya, apabila ada kegiatan yang memerlukan jasanya di sekolah atau kelompok besar, per orang hanya dikenakan biaya Rp50.000. Bahan dan alat siap digunakan serta hasilnya boleh dibawa pulang. Boleh juga untuk menggunakan paket senilai Rp850.000.
Sebuah nilai yang pantas untuk warisan leluhur. Tak hanya belajar, masyarakat dapat menjadikan ilmu tersebut sebagai lapangan usaha dan berkarya sepertinya. Keuntungan menjanjikan didasari oleh kerja keras dan tekad pantang menyerah.
“Ini bisa jadi karya yang menjual dan menjadikan lapangan pekerjaan baru,” kata Syahril.
Di samping itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur (Dispar Kaltim) Ririn Sari Dewi yang menyaksikan langsung pembuatan batik dengan metode lilin cair ramah anak, merasa terkesan.
Ia menyambut baik inovasi tersebut dan menyebutkan keikutsertaan kawan disabilitas dalam wastra sangat diapresiasi. Dirinya berharap kawan disabilitas bisa menyadari bahwa mereka juga mendapat hak yang sama sebagai warga negara indonesia.
“Mereka juga mendapat hak yang sama baik itu pelatihan dan pembinaan seperti ini,” sebut Ririn di kesempatan yang sama.
Bahkan Ririn mengajak BPJS Ketenagakerjaan untuk berkolaborasi guna mengetahui jumlah pelaku UMKM dan disabilitas yang berkarya di bidang griya, kuliner, wastra dan pertunjukan seni. Hal ini sebagai bentuk dukungannya agar banyak dari pelaku keempat sektor tersebut yang dirangkul pemerintah.
“data gerak sebanyak 875 orang dan itu akan terus bergerak setiap harinya,” jelasnya ketika ditanya jumlah pelaku UMKM yang dilindungi BPJS Ketenagakerjaan.
Terakhir, Ririn mendorong kawan disabilitas untuk berkarya dan berdaya. Dari sisi Dispar, ia akan memberikan dukungan berupa pelatihan dan pemberdayaan serupa seperti membatik dan lainnya ke depan.
“Jangan lagi menganggap bahwa mereka tidak berdaya, kami pemerintah akan selalu men-support dengan bidangnya masing-masing,” tutupnya.