Reporter : Nada – Editor : Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Kelompok Guru Kerja Madrasah Diniyah Kota Samarinda, menggelar acara pengajian untuk menyambut hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2019 mendatang. Acara pengajian dilakukan di Masjid Al-Ma’ruf, Jalan Dr. Soetomo Nomor 17, Kota Samarinda dengan mengusung tema ‘Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia’.
Acara ini dihadiri oleh Ustadz Muhammad Ju’i selaku Ketua Koordinator Madrasah Diniyah Kota Samarinda, Habib Alwi Baraqbah, dan tamu undangan lainnya.
“Alhamdulillah pelaksanaan pengajian telah selesai kita lakukan. Tujuan acara ini untuk menyambut hari Santri Nasional serta mengajak para santri-santri Diniyah Samarinda mengenang dan mengenal sejarah santri terdahulu yang juga belajar ilmu agama serta semangat untuk memperjuangkan negeri ini,” ungkap Ustadz Muhammad Ju’i kepada Insitekaltim.com, Minggu (20/10/2019).
Ustadz Ju’i mengatakan, bahwa untuk menjadi santri tidak mesti harus belajar di pondok pesantren.
“Masyarakat luas serta pemerintah selalu menyebut santri adalah pelajar yang ada di pondok pesantren. Sebenarnya tidak mesti begitu, karena kami adalah alumni-alumni yang berasal dari pondok pesantren, kami merantau kemudian menyampaikan dan membagi ilmu yang kami dapat kepada mereka dan itu juga santri namanya, bukan hanya yang mondok di pesantren. Tujuannya untuk mempertahankan akidahnya juga mempertahankan negaranya,” jelasnya.
Terkait perbedaan paham yang kerap terjadi, Ustadz Ju’i menyampaikan, perlu adanya pembinaan ditingkat Diniyah.
“Kalau saya pribadi, saat ini sudah banyak perbedaan yang terjadi, kami mengantisipasi generasi berikutnya dengan memberikan pendidikan ditingkat Diniyah. Pendidikan serta kurikulum yang berasaskan Ahlus-Sunnah wal Jama’ah supaya para santri tidak nyeleweng dan tidak lepas pahamnya dari Baginda Rasullulah,” pungkasnya.
Ia mengaku, pedoman pendidikan yang diambil berasal dari pondok pesantren yang ada di Jawa dan Madura.
“Upaya antisipasi yang kami berikan di Kalimantan Timur khususnya di Kota Samarinda berasal dari kedua daerah tersebut, kedepannya anak-anak didik kami mempunyai filter untuk menangkis paham-paham yang nyeleneh seperti radikalisme dan liberalisme,” tuturnya.
Ia mengklaim, acara hari ini dihadiri oleh perwakilan Diniyah se-Kota Samarinda.
“Mungkin tidak semuanya hadir dikarenakan sejak subuh tadi hujan jadi banyak yang ketika sudah ditengah perjalanan memilih putar balik,” katanya.
Ditemui di lokasi yang sama, Habib Alwi Baraqbah juga memberikan pendapatnya untuk menangkal paham radikalisme terutama di wilayah Kaltim.
“Santri-santri telah kita berikan pemahaman mengenai apa itu radikalisme, serta bagaimana sistemnya. Untuk menangkal itu, kita harus beri wejangan, kita beritahu paham-paham mana yang tidak boleh diikuti. Sehingga mereka paham, dan harus rutin didoktrinkan terus menerus biar mereka juga tidak bingung,” tutupnya.