Insitekaltim,Samarinda – Program spesialisasi wartawan yang sebelumnya telah disebutkan dalam Hari Pers Nasional (HPN) 2020 yang digelar di Banjarmasin, kembali menjadi sorotan, terutama dengan pengantar dari Ketua Dewan Pers saat itu Muhammad Nuh.
Konsep ini diperkenalkan kembali oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Timur Abdurrahman Amin dalam salah satu program kerjanya sebagai langkah positif untuk meningkatkan kualitas jurnalis dalam menjalankan tugasnya.
“Saya kira program itu menarik. Jadi bagaimana kita mengidentifikasi fashion masing-masing wartawan sesuai dengan kecenderungan dia serta keinginannya apa,” ungkapnya Senin (29/4/2024).
Pria yang akrab dipanggil Rahman itu menjelaskan bahwa program spesialisasi wartawan ini akan diarahkan untuk meningkatkan keahlian dan kedalaman pengetahuan wartawan dalam berbagai bidang yang menjadi fokus liputan.
“Dengan program ini, kami berharap wartawan tidak hanya menghasilkan informasi, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam serta jawaban terhadap isu-isu yang diangkat,” terang Rahman.
Lebih lanjut, Rahman memaparkan program ini ditujukan baik untuk wartawan muda maupun yang sudah berpengalaman. Perbedaan di antara mereka tidak lagi dilihat dari senioritas, melainkan dari kualitas karya yang dihasilkan.
“Kalau di wartawan itu semuanya tidak ada perbedaan antara senior dan junior yang membedakan itu adalah karyanya,” tuturnya.
“Jadi yang junior kalau karyanya lebih besar, lebih bagus, lebih mendobrak, akan jauh lebih kita hargai dibandingkan senior tapi stuck. Senior tapi hanya labelnya saja wartawan tapi sudah tidak pernah menulis lagi,” sambung Rahman.
Ia menjelaskan apa tujuan utama dari program ini adalah untuk memfasilitasi wartawan agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan minat serta kecenderungan mereka dalam berbagai bidang.
“Kami ingin mendorong para wartawan untuk menemukan minat dan bakatnya masing-masing. Apakah itu dalam bidang olahraga, hukum, politik atau kesehatan,” tambahnya.
Salah satu tujuan utama dari program spesialisasi wartawan adalah untuk menghindari penyebaran informasi yang kurang akurat, terutama dalam kasus-kasus sensitif seperti pandemi Covid-19.
Kemampuan wartawan untuk menyajikan informasi kesehatan secara akurat dan mendalam menjadi sangat penting dalam masa krisis.
“Dengan adanya wartawan spesialis, setiap tulisan yang dihasilkan diharapkan memiliki kedalaman pengetahuan dan keakuratan yang lebih tinggi, sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam pemberitaan,” jelas pria yang sudah 17 tahun di dunia jurnalistik itu.
Rahman menyebutkan bahwa program spesialisasi wartawan ini berbeda dengan program uji kompetensi wartawan (UKW) yang lebih bersifat pusat.
“Itu berbeda dengan program UKW, kalau program UKW itu program pusat, program pusat yang kemudian ada kurikulumnya, ada rambu-rambunya sendiri,” jelasnya.
Program ini lebih menitikberatkan pada kecenderungan dan minat wartawan di tingkat daerah, dengan memberikan pembekalan yang sesuai dengan fokus liputan masing-masing.
Sebagai upaya memajukan profesi jurnalis, program spesialisasi wartawan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pemberitaan dan kepercayaan masyarakat terhadap media.