Insitekaltim,Samarinda – Festival Beduk Sahur 2024 yang diinisiasi Ikatan Pemuda Remaja Masjid (IPRM) Shiratal Mustaqiem Samarinda Seberang berjalan lancar dan meriah, pada Sabtu (6/4/2024) malam.
Sebanyak 60 peserta yang terlibat semakin menyemarakkan bulan Ramadan dengan musik kreasi yang mereka ciptakan melalui alat musik sederhana seperti galon, panci, botol kaca, kaleng, ember cat.
Pengunjung dan penonton kala itu membeludak. Trotoar, sisi jalan, meja, kursi, bahkan di atas kendaraan penuh sesak dengan antusias warga.
Adapun rute yang dilewati dari Masjid Shiratal Mustaqiem – Jalan Pangeran Bendahara – Jalan Hos Cokroaminoto – Jalan Pattimura – Jalan Mas Penghulu, kemudian kembali ke Masjid Shiratal Mustaqiem.
Acara bertajuk “Menyambut Tradisi dengan Sepenuh Hati” atau sering dikenal sebagai Dung Dung Ce ini berlangsung pukul 22.00 – 04.00 Wita.
Panjangnya waktu yang berlangsung membuat masyarakat turut larut dalam festival setahun sekali hingga tembus pagi. Situasi ini dimanfaatkan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Terlihat di sepanjang rute terdapat para pedagang yang menjual makanan berat, makanan ringan, minuman, mainan anak dan kue kering. Ada juga toko kelontong yang nekat buka demi memanfaatkan situasi tersebut.
Salah satu pelaku usaha mie hijau bernama Elsa (34) menyebutkan bahwa itu jadi kali pertamanya membuka kedai sampai dini hari karena ingin menonton festival sekaligus berjualan.
Tidak disangka pukul 22.00 Wita saja, Elsa sudah menjual puluhan mangkuk mie hijau. Ciri khas mie ini yakni pada warna hijau mudanya yang ia dapat dari perasan daun katuk. Hanya Rp12 ribu per mangkuknya, Elsa tak henti-hentinya melayani pembeli yang terus berdatangan.
“Awalnya mau buka di sini karena ada pasar malam di situ. Kebetulan ada beduk sahur juga kan jadi sekalian saya buka. Ini pertama saya buka sampai semalam ini, biasanya selesai sore sudah,” ujarnya sembari melayani pembeli.
Kesempatan ini juga ditunggu-tunggu oleh Nita (32) yang berjualan es teh kemasan. Hanya buka sekitar tiga jam mulai dari pukul 20.00 – 23.00 Wita, Nita mengaku dagangannya ludes tak bersisa.
Ia berhenti menjual walau bisa membuat ulang teh tersebut, namun karena terkendala es batu yang tidak bisa ia dapatkan di toko akibat penuh sesaknya rute, Nita terpaksa menyudahinya.
“Sebentar saja (sudah habis), tiga jam saja habis. Ini saya mau buat ulang (teh) tapi tidak dapat es batu, kalau dapat sudah saya jualan lagi, lanjut,” kata Nita.
Pelaku UMKM pun merasa senang dan mensyukuri hal itu. Pelaksanaan Dung Dung Ce ini menjadi salah satu cara untuk mensejahterakan UMKM secara tidak langsung. Kebiasaan masyarakat yang harus makan camilan atau minum ketika menonton festival membawa berkah tersendiri bagi pedagang.