
Insitekaltim,Sangatta – Angka prevalensi atau rasio stunting di Kutai Timur (Kutim) menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 lalu mencapai 27,4 persen. Angka ini mengalami penurunan di tahun menjadi 24,7 persen.
Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Yan merasa tak yakin dengan data yang dikeluarkan SSGI akurat. Sebab menilik dari kondisi riil lapangan menunjukkan hal sebaliknya.
“Masa tidak ada kasus stunting di Kutim, saya tidak yakin,” kata Yan, Selasa (11/7/2023).
Ia menyebutkan dengan besarnya jumlah penduduk Kutim, ada sekitar 7 ribu masyarakat yang rentan terhadap kasus stunting. Hal ini bisa dilihat dari kondisi aktivitas masyarakat banyak yang belum sepenuhnya sejahtera.
“Jumlah itu banyak, tapi nyatanya tidak ada. Di pinggir jalan kita lihat tidak ada yang keadaannya kurus kering begitu, mungkin kita perlu kaji dan pendataan ulang,” ujarnya.
Terhadap menurunnya kasus stunting di Kutim, Yan mempertanyakan indikator berkurangnya permasalahan stunting yang dikeluarkan pemerintah pusat.
“Penilaiannya apa kok bisa berkurang, sementara kalau dilihat masih banyak anak gizi buruk,” tuturnya.
Oleh sebab itu dirinya meminta pemerintah daerah untuk kembali melakukan pendataan yang akurat terhadap stunting Kutim baik lewat program posyandu maupun program stunting lainnya.
“SKPD terkait harus duduk bersama untuk menyatukan data dan angka stunting yang akurat. Tujuannya agar data stunting yang diperoleh berasal dari satu pintu. Sehingga, tidak ada perbedaan atau selisih data stunting di Kutai Timur,” jelasnya.
Mengingat kondisi lapangan masih banyak anak yang terdampak stunting, sebagai Komisi DPRD Kutim yang menangani terkait persoalan ini, Yan berharap anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kutim dapat mengakomodasi penanganan stunting.
Penanganan masalah gizi buruk dan gangguan pertumbuhan pada anak butuh fokus pemerintah dengan program yang tepat sasaran agar stunting di Kutim menurun baik data SSGI maupun kondisi lapangannya.
“Karena kalau tidak fokus maka anak stunting kita tidak turun. Malu juga kita disebut kabupaten dengan angka stunting tinggi,” tandasnya.

