Insitekaltim,Jakarta – Melalui CNN Indonesia dalam program Insight With Desi Anwar, Wali Kota Samarinda Andi Harun membeberkan strategi transformasi Samarinda wujudkan Kota Peradaban.
Andi Harun mengungkap peran penting Probebaya sebagai salah satu strategi transformasi Samarinda mewujudkan Kota Peradaban. Ia menjelaskan asal muasal nama dan makna Probebaya.
“Bebaya berasal dari Bahasa Kutai yang artinya bersama-sama atau bergotong royong,” sebut Andi Harun, Sabtu malam (29/4/2023).
“Probebaya itu program pembangunan infrastuktur kecil dan pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.
Andi Harun menjelaskan, tugasnya sebagai Wali Kota Samarinda berfokus pada tiga hal yang akan dituntaskan selama masa jabatannya, yaitu banjir, ekonomi dan tata kota.
Menurut Andi Harun, persoalan banjir yang terjadi di Samarinda bisa diatasi dengan cara beradaptasi dengan iklim global. Ia menyebutkan salah satu cara beradaptasi dengan iklim global untuk mengatasi masalah banjir adalah membebaskan Samarinda dari tambang. Samarinda sendiri akan bersih dari aktivitas tambang pada 2026 mendatang.
“Banjir di Samarinda ini saya yakin betul bisa teratasi. Penyebab kota atau suatu daerah banjir salah satunya karena daerah tersebut tidak dapat beradaptasi terhadap iklim global,” urainya.
“RT/RW sudah disahkan. Seluruh wilayah Kota Samarinda tidak boleh lagi ada aktivitas tambang tahun 2026,” ujarnya.
Orang nomor satu di Kota Tepian ini menjelaskan peran Probebaya dalam meningkatkan dan memajukan perekonomian Samarinda.
“Kita alokasikan Rp100 juta per RT. Kita ada 2.000 RT,” ungkap Andi Harun kepada Desi Anwar, wartawan senior CNN.
“Masyarakat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka sendiri, mereka sendiri yang kelola, mereka sendiri yang buat sesuai kebutuhan mereka. Dari dana 60% dari Rp100 juta itu untuk infrastruktur kecil seperti posyandu, jembatan, dan 40% itu untuk melatih ibu-ibu, mendirikan badan usaha tingkat RT, dan kelompok usaha berbasis lintas RT,” terangnya.
Politikus Partai Gerinda itu juga membeberkan mengenai pembuatan terowongan yang menghubungkan antara Jalan Sultan Alimuddin menuju Jalan Kakap Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir dan sekaligus menjadi koridor yang menghubungkan Jembatan Mahkota II dari Kecamatan Palaran atau Jalan Tol Balikpapan-Samarinda menuju pusat Kota Samarinda.
“Terowongan ini fungsinya untuk mengurangi kemacetan yang ada di Jalan Otto Iskandar Dinata,” tegasnya.
“Maka itu kita harus punya alternatif jalan dan demi safety, keamanan masyarakat. Kita perhitungkan dua kemungkinan, pertama jalan layang tapi ternyata mahal sekitar Rp700 miliar karena harus ada pembebasan lahan kiri kanan. Kita lihat ada gunung, sudah diteliti ternyata cocok untuk dibuat terowongan. Kita bor 7 meter, pasang 7 meter, pasang. Ini bisa hemat Rp300 miliar jadi Rp400 miliar saja,” yakin Andi Harun.