
Insitekaltim,Samarinda – Saat pembahasan Raperda Pajak dan Retribusi Daerah dengan jajaran Kementerian Keuangan RI melalui zoom meeting, Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda Laila Fatihah mengusulkan pemanfaatan alur lalu lintas Sungai Mahakam menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Namun sayang, usulan itu tidak mendapat lampu hijau dari pemerintah pusat.
“Sebenarnya saya mengusulkan satu penambahan bahwa lalu lintas Sungai Mahakam itu bisa dijadikan sumber PAD,” ungkap Laila saat ditemui awak media di DPRD Kota Samarinda pada Rabu, (12/7/2023).
Menurut Laila, usulan itu belum bisa diterima karena Peraturan Menteri Keuangan belum mengatur tentang hal tersebut.
“Ternyata dari Kementerian Keuangan mereka tidak mengizinkan untuk memasukkan item itu. Tapi kalau kapal pandu itu boleh,” ujarnya.
Alasan Laila mengusulkan alur lalu lintas Sungai Mahakam menjadi PAD, karena selama ini daerah yang merasakan dampak risiko dari aktivitas angkutan sungai kebanggaan warga Samarinda itu. Misal, ketika terjadi insiden, maka yang akan dirugikan adalah daerah.
Salah satuya ketika beberapa kali ponton pengangkut batu bara menabrak tiang Jembatan Mahakam.
Harapannya, jika daerah bisa menarik retribusi dari alur lalu lintas Sungai Mahakam itu, maka sewaktu ketika terjadi insiden, maka penanganan oleh daerah bisa dilakukan lebih cepat. Menggunakan dana itu, daerah juga bisa melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi risiko kecelakaan.
Sedangkan untuk kapal pandu sendiri diharapkan pengelolaannya dilakukan langsung oleh Dinas Perhubungan (Dishub) tidak melalui perantara pihak ketiga.
Salah satu alasan Laila mengusulkan jalur lalu lintas Sungai Mahakam sebagai PAD adalah pengelolaan kapal pandu yang selama ini selalu berkenaan dengan pihak ketiga menjadikan hasil yang terserap tidak maksimal. Bahkan, Laila mengungkapkan kebingungannya mengenai keuntungan kapal pandu itu sendiri.
“Kenapa saya mengusulkan itu karena kalau selama ini menggunakan pihak ketiga belum ada PAD yang bisa kita serap dari kapal pandu. Keuntungannya apa sih kita menggunakan kapal pandu, karena kita masih bayar-bayar dan berbagi,” keluhnya.