Insitekaltim, Pasuruan — Menanggapi berbagai isu dan polemik yang belakangan mencuat di masyarakat, terutama terkait peristiwa di area makam serambi dan viralnya isu “Wali Pentagon”, Al Faqir M. Syaifullah Huda menyampaikan seruan tegas kepada umat Islam di seluruh Nusantara untuk tetap menjaga persatuan, menahan diri dari provokasi, dan tidak terpecah belah oleh kabar yang menyesatkan.
Dalam pernyataannya, M. Syaifullah Huda menegaskan bahwa peristiwa pembongkaran makam yang sempat terjadi di wilayah tersebut bukanlah perintah dari para kiai, melainkan luapan emosi spontan sebagian masyarakat yang hadir di lokasi usai mendengar penjelasan dari aparat desa setempat.
“Kami para kiai tidak pernah memerintahkan pembongkaran makam secara sepihak. Bahkan kami dengan tegas menyerukan agar seluruh persoalan diselesaikan secara hukum dan dengan kepala dingin,” ujar M. Syaifullah Huda dalam keterangannya di Pasuruan, Selasa, 7 Oktober 2025.
Menurutnya, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa para ulama dan tokoh agama di lapangan telah berupaya menenangkan masyarakat. Ia juga menegaskan adanya surat pernyataan, surat audiensi, dan video orasi para kiai, termasuk dirinya dan Kiai Son Haji, yang menjadi bukti bahwa para ulama menyerukan penyelesaian damai melalui jalur konstitusional.
Dalam kesempatan yang sama, M. Syaifullah Huda juga membantah keras tudingan bahwa dirinya merupakan sumber dari viralnya isu Wali Pentagon. Ia menyebut hal tersebut sebagai upaya untuk menjatuhkan dan mengkriminalisasi dirinya serta para aktivis dan kiai pejuang Walisongo.
“Saya berpikir, ini adalah salah satu cara untuk mengkriminalisasi para kiai, aktivis, dan saya sendiri sebagai pejuang Walisongo,” ujarnya.
Ia menambahkan, munculnya rekaman voice note yang beredar di YouTube tanpa izin atau klarifikasi darinya adalah bentuk penyebaran informasi yang menyesatkan. Menurutnya, isi rekaman tersebut adalah potongan percakapan pribadi antara dirinya dengan tamunya, bukan pernyataan resmi.
“Fakta sebenarnya, suara saya dalam voice note itu hanyalah potongan dari sebuah cerita tentang perjalanan thoriqot yang berawal dari mimpi dan berlanjut pada wujud seorang wali Allah bernama Yik Taufik. Namun perlu dipahami, itu bukan orang bernama Taufik yang memiliki pondok pesantren di Pasuruan,” jelasnya.
Dalam penuturannya, M. Syaifullah Huda juga menyebut nama Mas Ompu sebagai sosok yang terlibat dalam percakapan tersebut. Ia menilai Mas Ompu sebagai seseorang yang berani dan jujur.
“Mas Ompu adalah orang yang berani, karena beliau tidak memuliakan sosok yang ditemuinya dan menolak ajakan untuk bergabung. Saya yakin, yang ditemui Mas Ompu adalah wali Allah yang sedang menyamar,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, M. Syaifullah Huda mengajak seluruh umat Islam agar tidak mudah diadu domba dan senantiasa menjaga kedamaian. Ia mengingatkan, jika terdapat perbedaan pandangan atau persoalan nasab, maka penyelesaiannya harus dilakukan dengan adab dan kebijaksanaan sebagaimana diajarkan para ulama terdahulu.
“Mari kita serahkan proses hukum kepada aparat penegak hukum dengan obyektif dan bijaksana. Jangan sampai persoalan ini justru menjadi sumber perpecahan antarumat dan melemahkan ukhuwah Islamiyah,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa perpecahan di kalangan umat bisa membuka celah bagi pihak asing untuk mengintervensi dan merongrong persatuan bangsa. Karena itu, ia menekankan pentingnya memperkuat nilai-nilai persaudaraan dan kebangsaan.
“Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Walau berbeda-beda, kita tetap satu jua. Jangan biarkan fitnah dan provokasi memecah barisan umat dan bangsa,” ujarnya.
Di akhir seruannya, Al Faqir M. Syaifullah Huda menyampaikan pesan khusus kepada para pejuang Wali Songo dan Laskar Sabilillah agar terus berjuang di jalan kebenaran dengan menjunjung tinggi nilai hukum dan persatuan bangsa.
“Pejuang Wali Songo dan Laskar Sabilillah harus tetap takut pada hukum Allah, tunduk pada hukum negara, dan bersama-sama menjaga keutuhan NKRI. Kita ambil hikmah dari setiap ujian, dan jangan pernah lelah menjaga persatuan,” tutupnya dengan lantang.
“Demi Islam, demi bangsa, demi Indonesia tercinta — MERDEKA!”