
Reporter: Akmal – Editor: Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda Abdul Rofik menanggapi kejadian semalam yang melibatkan anaknya pada saat petugas Satpol PP menjalankan operasi yustisi di kafe depan rumahnya, Selasa (27/7/2021) dini hari.

Menurutnya, kejadian memberikan jari tengah kepada petugas seperti itu tidak perlu dibesar-besarkan.
Oleh karena itu, Abdul Rofik meluruskan, pertama dalam sudut pandang bahwa Satpol PP itu bertindak harusnya persuasif.
“Tidak masuk menertibkan kafe di rumah saya dengan keroyokan gitu toh. Karena dalam PPKM Level 4 itu ada sedikit kelonggaran bagi kafe pemula. Apalagi anak-anak saya itu masih pada mahasiswa, alangkah baiknya diberikan pembinaan,” paparnya kepada Insitekaltim saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Rabu (28/7/2021).
Sementara itu, posisi Abdul Rofik saat kejadian sedang berada di rumah dan tertidur lelap. Ketika mendengar sesuatu terjadi di luar rumah, ia langsung memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.
“Jadi pada saat itu kan petugas masuk ke dalam rumah, itu masuk kategori pidana pelanggaran aturan masuk tanpa izin, apalagi membuat gaduh, saya dalam keadaan tidur dan sakit,” tuturnya.
Bahkan melalui pengakuan yang diberikan anaknya, Abdul Rofik menyampaikan, bahwa sebenarnya malam tadi di cafe tersebut yang berkerumun malah petugas Satpol PP.
“Bukan di kafe yang bergerombol, malah Satpol PP yang masuk beberapa truk tadi. Jadi yang membuat kerumunan itu sebenarnya siapa sih,” jelasnya.
Mendengar hal tersebut, Abdul Rofik terkejut heran. Seharusnya, petugas saat melakukan operasi yustisi itu mengikuti aturan. Sekalipun ada pelanggaran, cukup saja dengan diberikan arahan ataupun dikasih informasi yang benar.
“Jadi tidak boleh semena-mena dalam melakukan tindakan. Seharusnya dia datang memberikan informasi. Kecuali ada pelanggaran lebih dari dua kali baru boleh saja,” tegasnya.
Maka dari itu, anak muda tidak bisa langsung diberikan tindakan berupa perlawanan, otomatis mereka akan semakin menjadi. Namanya juga anak muda, seharusnya pemerintah memberikan inovasi dan kreativitas kepada pelaku usaha yang baru merintis.
“Kan seperti lagu Rhoma Irama, Darah muda darahnya para remaja. Oleh sebab itu kalau dibimbing ataupun diberikan edukasi mereka pasti akan patuh dengan petugas,” pungkasnya.

