Insitekaltim,Bali – Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin mengatakan Asian-African Legal Consultative Organization (AALCO) adalah wadah untuk menyuarakan aspirasi negara Asia dan Afrika mengenai hukum internasional.
“Suara bangsa-bangsa Asia dan Afrika merupakan elemen penting pembentukan arsitektur hukum internasional. AALCO harus dapat menjadi mitra sejajar dengan organisasi regional dan global lain dan memiliki posisi tawar yang kuat,” kata Wakil Presiden pada Senin, (16/10/2023) di Bali saat menyampaikan sambutan kegiatan the 61st Annual Session of AALCO.
Menyuarakan aspirasi, lanjutnya, menjadi penting bagi negara-negara di Asia dan Afrika agar hukum internasional tidak dikendalikan oleh negara-negara yang secara tradisional mendominasi tata hukum internasional.
AALCO sendiri terbentuk karena rasa ingin terbebas dari kolonialisme dan imperialisme sebagai hasil Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Dalam hal ini, negara-negara Asia dan Afrika yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan terletak di wilayah yang strategis memiliki tantangan untuk memberantas kejahatan transnasional sehingga mendorong semangat membara untuk mengemukakan keadilan.
Orang nomor dua di Indonesia itu memberikan sebuah contoh kerugian yang kerapkali melanda negara Asia dan Afrika atas melimpahnya kekayaan sumber daya alam, yaitu pengambilan persediaan ikan dan spesies liar di kawasan Asia-Afrika.
“Kejahatan transnasional serta pengembalian aset hasil kejahatan transnasional ini memerlukan perhatian serius dari negara Asia dan Afrika yang seringkali menjadi korban,” jelasnya.
Dalam pertemuan ini, Ma’ruf Amin mengharapkan negara-negara di Asia dan Afrika memiliki kesadaran untuk menegakkan hukum internasional agar tidak terus-menerus menjadi korban kejahatan transnasional dan terlepas dari keterbelakangan atau kolonialisme.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly mewakili Indonesia sebagai Presiden the 61st Annual Session of AALCO akan memimpin rangkaian sidang 61st Annual Session of AALCO dari tanggal 16-20 Oktober 2023, yang akan membahas agenda-agenda yang selama ini telah dibahas pada sesi-sesi tahun sebelumnya, serta usulan baru dari negara-negara anggota AALCO.
Mewakili Indonesia, Yasonna mengungkapkan usulan pembahasan subtopik baru pada agenda “the Law of the Sea”, yaitu terkait “Illegal Fishing as a Transnational Organized Crime”, serta dua subtopik baru pada pembahasan agenda “Environment and Sustainable Development”, yaitu “Combating Transnational Wildlife Crime” dan “Strengthening Asian-African Collaboration on Climate Change”.
“Sudah waktunya bagi kita untuk tidak hanya membahas masalah-masalah hukum, namun juga merefleksikan hasil Konferensi Asia-Afrika beserta prinsip-prinsipnya untuk terus memandu upaya kita bersama,” tegas Yasonna saat pidato pembukaan sebagai Presiden 61st Annual Session of AALCO.
Menutup pidatonya, Yasonna menegaskan pertemuan ini sebagai wujud komitmen visi Asia dan Afrika, bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik.