Insitekaltim, Samarinda – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Talkshow “Sinergis membangun Komunikasi untuk Kaltim Lebih Baik”, dalam bagian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kaltim Ke-68.
Kepala Diskominfo Kaltim Muhammad Faisal menyebut media di Kaltim terus meningkat jumlahnya. Hal ini bagus sebagai indikasi adanya percepatan literasi kepada masyarakat dengan berbagai pilihan media.
Belum lagi pencapaian Kaltim dalam mempertahankan Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) yang terus bertengger di puncak empat tahun berturut-turut, menambah kebanggaan tersendiri.
“Apalagi kita IKP empat tahun berturut-turut tidak pernah turun. Kabar baik juga ini,” katanya saat sesi diskusi di Convention Hall Sempaja, Samarinda, pada Kamis, 9 Januari 2025.
Di usia Kaltim yang cukup matang ini, Faisal berharap dapat tercipta kedamaian antarmedia. Hal-hal seperti kabar bohong, ditegaskannya untuk tidak sekali-kali dijadikan produk berita. Hal fatal akan terjadi di masyarakat yang notabene tidak semua mampu mencari kebenarannya.
“Dengan bagusnya IKP kita itu, saya harap bisa menjaga kondusifnya media-media,” ujar Faisal.
Di sisi lain, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kaltim Abdurrahman Amin menyampaikan ada dua hal paling dibahas terkait wartawan, yakni kompetensi dan kesejahteraan.
Dalam profesinya, wartawan harus memiliki kemampuan sebagai wartawan itu sendiri. Setelah mampu meraba-raba awal perjalanan selama kurang lebih satu tahun, barulah wartawan itu harus kompeten dengan uji kompetensi.
Apabila wartawan tersebut mampu mencapai level kompeten, barulah memperjuangkan kesejahteraannya. Rahman sapaan akrabnya, mengungkapkan agar fase ini tidak terbalik.
“Setelah sudah kompeten, baru memperjuangkan kesejahteraan. Jangan kesejahteraan dulu dikejar. Jangan sampai terbalik,” ungkap Rahman.
Selain itu narasumber lainnya, yakni Wartawan INews Ardi Wiriya Kusuma menceritakan bagaimana dirinya selaku wartawan televisi harus kejar-kejaran dengan admin media sosial.
Ketika terjadi suatu peristiwa, masyarakat yang zaman ini lekat dengan media sosial akan sangat mudah termakan informasi setengah-setengah dari platform tersebut. Jika informasi yang disampaikan benar, maka tak jadi masalah. Namun, apabila sebaliknya hanya akan mengundang huru-hara.
Media sosial ikut menayangkan sebuah berita yang diakui Ardi terdapat banyak kekurangan selain minimnya informasi. Untuk itu, dirinya bersama wartawan televisi harus gerak cepat sebelum informasi simpang siur berserakan di media sosial.
“Kami dulu wartawan TV masih bisa santai, tapi sekarang harus kejar-kejaran. Kejar-kejaran sama media sosial. Harus cepat kita, harus duluan,” jelas perwakilan UTI Kaltim ini.
Di samping itu, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kaltim Wiwid Marhaendra Wijaya menyampaikan pesan agar pimpinan media bersama wartawan harus sama-sama “sehat”. Bersama membangun perusahaan media yang sehat, diperlukan kolaborasi keduanya.
SMSI Kaltim, disebutkan Wiwid telah berada dihampir seluruh wilayah di kabupaten/kota se-Kaltim, hanya tersisa Mahulu dan Kutai Barat. Dengan banyaknya anggota, dimintanya untuk selalu dilakukan pemantauan setiap media yang bergabung di SMSI.
“Kadang ada pergantian pimred atau pimrednya sudah pindah media. Bisa juga media itu sudah beralih ke organisasi yang lain. Jadi setiap tahun kita pantau,” tutur Wiwid.
Terakhir, dirinya berharap insan media dan perusahaan media itu sendiri sama-sama sejahtera dan tidak ada ketimpangan.
“Kita harap apapun regulasi di pemerintah, bisa membuat media semakin baik dan sehat serta kesejahteraan media dan wartawan itu semakin baik,” tutup Wiwid.