Insitekaltim, Samarinda – Stunting bukan hanya sekadar angka atau masalah kesehatan-ini adalah ancaman nyata yang membayangi masa depan anak-anak Indonesia, termasuk di Kalimantan Timur.
Dampaknya bukan hanya terlihat dalam kekurangan tinggi badan, tetapi juga dalam perkembangan fisik dan kognitif yang bisa memengaruhi kualitas hidup mereka sepanjang hayat. Untuk itu, Andi Satya Adi Saputra, Anggota DPRD Kaltim menyerukan pentingnya pencegahan stunting yang dimulai sejak masa kehamilan, jauh sebelum bayi lahir ke dunia.
Pencegahan stunting harus dimulai dari titik yang paling awal, yaitu sejak ibu hamil. Andi Satya menjelaskan bahwa dalam setiap langkah, sejak ibu hamil mengandung hingga bayi lahir, peran gizi sangat vital. Mengingat dampak jangka panjang dari stunting yang mengganggu tumbuh kembang fisik dan mental anak, pencegahan harus dilakukan sejak dalam kandungan, bukan menunggu anak lahir.
“Stunting bukan sekadar masalah kekurangan nutrisi, tapi dapat menghambat potensi anak di masa depan. Maka dari itu, pencegahan harus dimulai dengan memastikan ibu hamil hidup di lingkungan yang bersih dan sehat serta mengonsumsi gizi yang cukup,” tegas Andi Satya.
Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi yang memadai pada ibu hamil dan bayi baru lahir. Untuk itu, kata Andi, ibu hamil harus memperoleh makronutrie, seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta mikronutrien penting, seperti zat besi, asam folat dan kalsium.
Nutrisi ini tak hanya membantu ibu menjaga kesehatannya, tetapi juga mendukung perkembangan janin dengan optimal.
“Bukan hanya sekadar makan, tapi makan yang bergizi adalah fondasi agar bayi bisa tumbuh dengan baik. Ibu hamil harus mendapatkan makanan tambahan yang mengandung gizi seimbang, terutama yang berada dalam kelompok rentan,” tambah Andi Satya.
Tak hanya dari dalam tubuh, ancaman bagi ibu hamil dan bayi juga datang dari lingkungan sekitar. Andi Satya mengingatkan bahwa polusi udara dan paparan asap rokok dapat memperburuk risiko stunting. Menciptakan lingkungan yang bebas polusi dan asap rokok adalah langkah yang tampaknya sederhana, namun dampaknya luar biasa besar bagi kesehatan janin dan ibu hamil.
“Lingkungan yang bersih dari polusi dan asap rokok adalah hak setiap ibu hamil dan bayi. Ini bukan hanya masalah kenyamanan, tetapi soal kesehatan yang berdampak langsung pada tumbuh kembang anak,” tegasnya.
Untuk mengatasi stunting, Andi Satya mengajak semua pihak, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintah untuk bekerja bersama. Program Posyandu yang aktif memeriksa kesehatan ibu hamil dan bayi serta penyuluhan gizi harus diperkuat agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar. Dengan meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di daerah, diharapkan angka stunting bisa berkurang secara signifikan.
“Pencegahan stunting bukan hanya tugas satu pihak, tapi kolaborasi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Program Posyandu, yang sudah ada, harus semakin dikuatkan, sehingga semua ibu hamil bisa mendapatkan perhatian dan edukasi yang tepat,” tambah Andi Satya.
Andi Satya menekankan bahwa Indonesia Emas 2045, sebuah impian untuk memajukan bangsa melalui generasi muda yang sehat dan produktif, hanya bisa tercapai jika kita berhasil memerangi stunting sejak dini. Dengan sinergi antara edukasi gizi, lingkungan sehat dan perhatian ekstra bagi ibu hamil, Kalimantan Timur dapat menjadi bagian dari gerakan besar ini.
“Pencegahan stunting adalah investasi besar untuk masa depan. Hanya dengan lingkungan yang mendukung, kita bisa mewujudkan Indonesia yang sehat, cerdas dan siap bersaing di dunia,” tutup Andi Satya.