Insitekaltim,Samarinda – Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Siti Farisyah Yana menyebutkan bahwa ketahanan pangan dan gizi di Kaltim dipengaruhi oleh tiga pilar utama.
Ketiga pilar tersebut, yakni sumber daya dan lingkungan strategis, status pangan dan gizi, serta pilar ketahanan pangan. Hal ini ia sampaikan sewaktu hadir dalam acara Bincang Santai Bersama Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik, di Ruang VIP Rumah Jabatan Gubernur Kaltim, Sabtu (16/3/2024).
“Melalui ketiga pilar tadi, diharapkan dapat menciptakan SDM (sumber daya manusia) yang aktif, sehat dan produktif,” ujarnya.
Yana melanjutkan, bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai perseorangan yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup baik dari sisi jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau.
Rata-rata Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kaltim mencapai angka 79,29. Angka itu berada di atas rata-rata nasional dengan nilai 71. Namun, terdapat tiga wilayah masih memiliki IKP di bawah nasional.
Paling bawah diisi oleh Mahakam Ulu (Mahulu) dengan skor 57,68. Posisi rendah kedua ditempati Kutai Barat dengan skor 58,39 dan Kutai Timur dengan nilai 65,76.
Sisi positifnya, tujuh kabupaten/kota di Kaltim mampu melewati target nasional. Ditempati Balikpapan dengan 91,4 skor IKP tertinggi se-Kaltim. Disusul Samarinda dengan nilai 88,97 dan Bontang 88,76.
Yana juga menyampaikan tingginya Pravelance of Undernorismen (PoU) atau proporsi penduduk mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan di Kabupaten Mahulu.
PoU di Mahulu menjadi warning bagi ketahanan pangan di Kaltim. Pasalnya, Yana mengungkapkan hal ini dapat menjadi cikal bakal terjadinya kasus stunting di wilayah tersebut.
“Karena pertumbuhan PoU di Mahulu cukup tinggi yakni 31,51 persen. Ini jadi cikal bakal stunting,” bebernya.
Lebih lanjut, Yana mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, produksi beras dan kecukupan beras di Kaltim mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
“Tahun 2019 produksi beras 146.878 ton sedangkan kecukupan beras 43,85 persen. Kemudian di 2020 produksi beras 151,863 ton dan kecukupan beras 44,50 persen, di 2021 produksi beras 142,321 ton dan kecukupan beras 42,21 persen,” katanya.
“Sedangkan di 2022 139,266 ton kecukupan beras 41,12 persen sedangkan di 2023 produksi beras kita 125,230 ton dan kecukupan beras 36.86 persen,” sambungnya.