Reporter: Yulia – Editor: Redaksi
Insitekaltim, Sangatta – Banjir besar yang terjadi di Sangatta Kutai Timur (Kutim) sejak 19 hingga 22 Maret 2021 lalu disebut- sebut akibat jebolnya tanggul milik PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Pasalnya, bencana banjir kali ini merupakan yang terparah dalam kurun waktu 20 tahun. Tak sedikit warga yang menjerit kelaparan dan sebagian dari mereka terisolir hingga minta dievakuasi. Hal itu cukup membuat para tim SAR dan relawan kewalahan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kutim Aji Wijaya Effendie dalam pernyatannya menyebutkan penyebab banjir besar di Sangatta bukan berasal dari tanggul perusahaan pertambangan yang jebol, melainkan karena faktor alam yang menjadi penyebab utamanya.
“Ini untuk meluruskan informasi hoax yang menyebabkan kepanikan dan tidak bertanggungjawab. Sepanjang 18 Maret 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat, curah hujan di Sangatta mencapai 73 milimeter sehingga masuk kategori deras. Intensitas curah hujan ini adalah yang tertinggi di Kutai Timur tahun ini,” jelasnya.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan Erika Mardiyanti, menjelaskan bahwa hujan bermula dari pertemuan angin atau konvergensi. Kondisi ini memicu peningkatan pertumbuhan awan-awan konvektif atau cumulonimbus. Hasilnya adalah hujan berintensitas sedang hingga deras yang dapat disertai petir.
“Masalahnya adalah curah hujan yang tinggi tadi bertepatan dengan pasang surut air laut. Selain itu pasang surut tertinggi di Teluk Sangkulirang terjadi pada 21 hingga 31 Maret 2022. Pasang tertinggi mencapai 2,3 meter pada pukul 07.00 Wita dan 08.00 Wita sementara pasang terendah 0,4 meter pada pukul 01.00 Wita,” sebutnya.
Menanggapi tuduhan atas banjir yang terus menyasar PT. Kaltim Prima Coal (KPC), GM External Affairs and Sustainable Development KPC, Wawan Setiawan membantah tuduhan tersebut tidaklah benar.

Wawan menyebut, anggapan bahwa luas area bukaan KPC sangat mungkin meningkatkan volume air menuju sungai dan menyebabkan banjir saat hujan terjadi tidaklah benar.
“Perlu kami luruskan bahwa, seluruh air hujan yang jatuh ke area terbuka KPC telah ditampung di kolam-kolam pengendap dan dikontrol baik kualitas maupun kuantitas airnya. Selain melakukan pengelolaan air tambang, KPC juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif,” jelasnya pada press release PT KPC, Kamis (24/3/2022)

