
Insitekaltim,Samarinda – Panitia Khusus Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (Pansus LKPj) DPRD Kota Samarinda bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Samarinda melakukan tinjauan lapangan di beberapa tempat, termasuk mega proyek di Samarinda.

Tempat pertama yang ditinjau adalah mega proyek terowongan yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin – Jalan Kakap. Menurut penjelasan kontraktor yang bertugas, Anggota Pansus LKPj DPRD Samarinda Abdul Rohim menyebutkan terdapat beberapa yang menjadi catatan pihaknya.
Pertama, terkait dengan target penyelesaian yang diperkirakan akan selesai tepat waktu yakni November dan diresmikan Desember 2024. Saat ini, terowongan di sisi Alimuddin telah terselesaikan dan hanya perlu menyelesaikan di sisi Kakap.
Namun menurut Rohim, kata “selesai” di sini barulah bagian galian dan belum dapat dioperasionalkan secara fungsi. Terowongan di sisi Alimuddin tersebut masih dalam kategori berbahaya untuk ekspektasi dari ungkapan “selesai”.
“Pihak kontraktor menjelaskan selesainya bukan untuk bisa dioperasionalkan, ternyata selesai baru menembus itu pun dengan catatan kalau tidak ada kendala-kendala teknis,” ungkapnya, Kamis (25/4/2024).
Kedua, ada juga kendala yang langsung dialami Rohim beserta rombongan seusai melewati Jalan Kakap. Di mana ia harus terjebak kemacetan di Jembatan S Samarinda.
Ia menyampaikan bisa saja selepas pengendara melewati terowongan, mereka akan terjebak dalam adegan serupa yang dialami pihaknya kala itu.
“Menariknya selesai dari Jalan Kakap di Jembatan S macet. Jadi kita mikir jangan-jangan kemacetan justru pindah ke kota, kalau mereka tidak punya skenario atau rekayasa,” ujarnya.

Mega proyek lainnya yang ditinjau adalah Teras Samarinda. Saat memasuki proyek setengah jadi itu, sudah bisa terlihat keindahan yang ditawarkan proyek kebanggaan Pemerintah Kota Samarinda ini.
Walau belum sempurna penyelesaiannya, Rohim mengaku terpesona melihatnya. Para warga lokal maupun wisatawan akan dengan nyaman menghabiskan waktu berlama-lama untuk melihat keindahan kota.
Kendati demikian, pihaknya tidak luput menaruh beberapa catatan yang perlu menjadi perbaikan. Pertama, adanya informasi dari kontraktor saat itu yang mengatakan bahwa hanya ada empat kios UMKM yang disediakan.
Mendengar hal ini, Rohim beserta jajaran mempertanyakan jumlah kios yang dinilai sangat sedikit itu. Pasalnya, pihaknya berekspektasi bahwa akan ada puluhan kios sebagai bagian dari pemberdayaan UMKM yang dijanjikan pemkot.
“Jadi ngomong-ngomong soal pemberdayaan dengan tepian ini apa? Kita merasa oke, karena ada korelasinya dengan pemberdayaan UMKM perekonomian. Ternyata cuma tersisa empat kios,” kata Rohim mempertanyakan.
Dari sisi pengerjaan, kegiatan masih mandek karena para pekerja masih belum bergerak akibat menunggu bahan baku yang diimpor dari Tiongkok dan Swedia.
Mendengar hal itu, Rohim kembali mempertanyakan terkait pemilihan bahan baku yang jauh dari negeri orang, sehingga mengganggu penyelesaian mega proyek satu itu.
“Ini masalah mereka ga bisa jawab. Lighting dari Cina, membran dari Swedia, kenapa tidak dari sini? Yang tidak berisiko tertunda, kalau ada trouble tidak perlu balik untuk dikomplain. Artinya mereka menyusahkan diri sendiri dengan mengimpor barang-barang dari luar,” kritiknya.
Terakhir, peninjauan revitalisasi Gor Segiri Samarinda yang diperkirakan akan rampung 20 Oktober 2024 mendatang. Untuk proyek ini mereka tidak menemukan kendala berarti.
Namun, ia melihat adanya kapasitas penonton yang akan berkurang akibat penyempitan luas bangunan yang disebabkan renovasi di bagian dinding. Hal itu disebutkan Rohim melalui pekerjanya, dikarenakan untuk memaksimalkan fungsi bangunan sesuai desain yang diinginkan.
“Relatif tidak ada masalah yang berat ya, cuma tadi masalahnya kondisi di dalam itu kapasitasnya jadi mengecil, relatif kurang sesuai dengan kapasitas parkir, tapi kita lihat selanjutnya,” pungkasnya.