Insitekaltim,Samarinda – Game online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Namun, dampak negatif dari permainan ini mulai mendapat sorotan serius, khususnya terkait pengaruhnya pada anak-anak.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), kegiatan bermain game online sering kali menyebabkan anak-anak menjadi malas belajar dan bahkan kecanduan.
Dalam rangka menggali lebih dalam tentang pola perilaku masyarakat terkait game online, APJII melakukan survei di Provinsi Kaltim.
Dari Hasil survei yang diumumkan dalam Jumpa Pers Penyampaian Survey Penterasi Internet 2024 di Provinsi Kaltim pada Rabu (3/4/2024) oleh Sekretaris jenderal APJII Pusat Zulfadly Syam yang menyoroti durasi waktu yang dihabiskan masyarakat Kaltim dalam bermain game online.
“Dari survei yang kami lakukan, mayoritas responden mengaku tidak pernah ikut kompetisi game online,” ungkap Zulfadly.
“Namun, ada sekitar 30 persen masyarakat Kaltim yang menghabiskan waktu bermain game online selama 1 sampai 2 jam. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah ada yang bermain lebih dari 4 jam. Ini sangat berpotensi membahayakan dan menyebabkan kecanduan,” sambungnya.
Menurut Zulfadly, kecanduan game online dapat memengaruhi kehidupan seseorang secara signifikan. Hal ini menimbulkan perhatian serius terutama terhadap generasi muda yang rentan terhadap pengaruh buruk dari kecanduan tersebut.
Selain survei terkait game online, APJII juga mengadakan survei terkait penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di kalangan masyarakat Kaltim. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 44,69 persen responden mengaku tidak pernah menggunakan AI.
“Alasan mungkin karena kurangnya kesadaran akan keberadaan AI dalam aktivitas sehari-hari,” jelas Zulfadly.
“Banyak orang belum menyadari bahwa teknologi seperti filter wajah atau asisten virtual seperti Siri, Google Assistant adalah bagian dari AI,” tambahnya.
Zulfadly juga menekankan bahwa penggunaan AI tidak selalu terlihat secara langsung, terkadang orang dapat berinteraksi dengan AI tanpa menyadarinya. Misalnya, penggunaan Chat GPT yang sering digunakan oleh siswa dalam membantu tugas sekolah.
“Diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait AI dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.
Dengan hasil survei ini, APJII berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi dampak negatif dari penggunaan game online berlebihan serta meningkatkan pemahaman tentang peran AI dalam kehidupan modern.
Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat Kaltim untuk mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi modern secara seimbang dan bertanggung jawab.