Insitekaltim, Samarinda – Rembuk daerah mahasiswa se-Kaltim resmi ditutup hari ini (11/07/2019) pukul 16.00 Wita. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 ini berlangsung selama 3 hari, sejak 9 Juli 2019 dan berakhir pada hari ini.
Salah satu perwakilan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta yang juga merupakan Presiden BEM, Muhammad Aldair Ananda mengapresiasi atas terselenggaranya rembuk daerah , bahwa kegiatan ini adalah sebagai bentuk penyampaian aspirasi terhadap kondisi sosial masyarakat di Kalimantan Timur.
“Alhamdulillah acara ini dapat terselenggara dengan baik dalam beberapa hari ini, pada akhirnya kami dapat memberikan aspirasi kepada pemerintah untuk segera menuntaskan problematika sosial yang terjadi di masyarakat,” ungkapnya pada insitekaltim, di Ruang Rapat Utama Universitas 17 Agustus 1945 Jl. Juanda Samarinda.
Selain itu, ia menambahkan bahwa diskusi ini untuk kembali membangun fungsi mahasiswa sebagai perantara dari masyarakat dan pemerintah juga sebagai sarana untuk merumuskan kembali solusi dalam melihat berbagai persoalan pendidikan di Kalimantan Timur.
“Contohnya di Sangatta dengan kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam dunia pendidikan seperti fasilitas perpustakaan daerah yang kondisinya sangat ironis, kami mendorong dinas pendidikan agar segera menyelesaikan permasalahan ini dan kami sampaikan semua aspirasi kami dalam rembuk daerah ini,” tambahnya.
Di lain hal, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Sayid Ferhat Hasyim mengungkapkan dalam pembahasan rembuk daerah ini banyak aspek yang dibahas untuk selanjutnya direkomendasikan kepada Pemerintah untuk ditindak lanjuti secara matang dan konkrit.
“Dalam agenda ini, kami membahas banyak hal seperti isu pendidikan, hukum dan HAM, sosial masyarakat, lingkungan dan berbagai aspek lain yang menjadi permasalahan utama di Kalimantan Timur. Kita tekankan disini jika mahasiswa sudah berkumpul dalam satu agenda rembuk seperti ini berarti ada berbagai permasalahan yang tidak dapat dijawab dan ditindaklanjuti secara nyata oleh Pemerintah hari ini,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan ada beberapa aspek yang menjadi pembahasan yang alot dalam rembuk daerah mahasiswa kali ini, yaitu permasalahan ketergantungan daerah dalam menggunakan sumbaer daya alam sebagai tonggak ekonomi masyarakat. Hal ini memberikan gambaran bahwa Pemerintah tidak dapat mencari sebuah solusi alternatif untuk menopang ekonomi Kaltim dalam sektor yang lain.
“Ketergantungan kita terhadap sumber daya alam ini sudah tidak dapat ditolerir karena eksploitasi yang terus-menerus hanya menimbulkan kerusakan yang massif. Kita disini memberikan banyak saran solusi yang konkrit untuk dapat ditundaklanjuti oleh Pemerintah seperti memaksimalkan potensi pariwisata yang ada di Kaltim juga mendorong masyarakat untuk mengembangkan produk daerah unggul salah satunya dalam bidang kesenian,” imbuhnya.
Acara digelar selama 3 hari ini diikuti oleh 34 perwakilan mahasiswa dari 11 lembaga eksekutif mahasiswa di Seluruh Kalimantan Timur. (Renalt)