Insitekaltim, Jakarta – Badan Riset Indonesia Nasional (BRIN) mendatangkan Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad dalam acara BRIN Talkshow bertema “Sinergi Riset, Anak Muda, dan Dunia Seni dalam Mewujudkan Visi Indonesia Emas” melalui kanal YouTube resmi BRIN Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Raffi ditemani Direktur Penguatan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Joannes Ekaprasetya Tandjung sebagai moderator, serta Kepala BRIN Laksana Tri Handoko.
Raffi menyampaikan visinya dalam membantu peran Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, utamanya dalam mendorong anak muda dan seni di era digital serta modern ini.
“Saya mewakili anak muda dan pekerja seni, terutama generasi Z itu digitalisasi. Tugas saya memperkuat, menyinkronkan, menyosialisasikan peran digitalisasi kepada anak muda,” jelas presenter kondang itu.
Ia amat senang dan berterima kasih atas diskusi bersama BRIN, yang dianggapnya salah satu resep untuk mewujudkan Indonesia Emas melalui peran riset dan seni.
Tak ragu, sewaktu mendapat undangan diskusi dengan BRIN, Raffi Ahmad bersemangat untuk hadir. Ditambah ada keinginan BRIN untuk berkolaborasi, membuatnya ingin meletakkan seni dalam riset-riset BRIN ke depan.
“Kita ada kepikiran untuk berkolaborasi, turun bersama dengan riset dan seni, itu tadi untuk anak muda kita supaya lebih maju,” katanya.
Sedikit diceritakannya bagaimana ia di usia sangat belia, yakni 13 tahun sudah menjajaki dunia entertainment. Kerja kerasnya yang sangat tidak mudah pada masanya, harus bertarung melawan derasnya keinginan seorang anak untuk bermain, tetapi nasib membuatnya harus membanting tulang.
Atas ceritanya itu, ia berharap anak muda memiliki jiwa pantang menyerah. Anak muda, disebutkan Aa’ Raffi, harus memiliki semangat yang besar untuk maju. Melalui Asta Cita Prabowo dan Gibran, ia mendorong anak muda semangat mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Selain itu, ia meminta generasi muda tidak apatis terhadap politik. Politik memiliki peran besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pilihan apapun, kata Raffi, tidak masalah. Tidak akan ada intervensi. Kritik membangun pun sangat diharapkan pemerintah untuk perbaikan.
Terakhir, Aa’ Raffi berpesan anak muda harus menanamkan budaya riset. Misal saja penggunaan media sosial yang bijak, seperti tidak mudah termakan hoaks dengan cara meriset dahulu apakah kabar tersebut benar.
“Kalau dapat kabar harus meriset dulu. Budaya riset itu penting apalagi kita akan dapat ilmu. Budaya riset untuk anak muda sangat penting,” tutup Raffi.
Di sisi lain, Handoko atau yang akrab dipanggil Hans itu berterima kasih atas pesan yang disampaikan Raffi. Seni dan riset, dijelaskannya memiliki benang merah. Walau terdengar tak memiliki hubungan, nyatanya di kehidupan sehari-hari, riset dan seni itu berdampingan.
Misal saja, BRIN memilik riset terkait pangan. Seni terbagi dalam beberapa sub, termasuk budaya dan kuliner. Kuliner dari daerah masing-masing, memerlukan sumber pangan yang tepat untuk menghasilkan cita rasa yang khas dari daerah itu. Bahan pangan hasil riset BRIN sudah berkolaborasi dengan kuliner tersebut.
Ada lagi dicontohkan Hans, sastra yang dikenal masyarakat saat ini, juga ada di dalam ahli riset sastra di BRIN. Sastra tidak serta-merta muncul tanpa riset dari orang-orang terdahulu. Penggunaan sastra pun termasuk seni yang berkolaborasi dengan riset.
“Banyak sekali contoh seni dan riset yang berhubungan, sastra, ahli sastra juga, itu sangat dekat dan kita eksplor,” ungkap Hans.
Hans mengatakan kepada anak muda yang ingin sukses wajib menanamkan tiga hal, yaitu berani, berpikir kreatif, dan kerja keras. Ketiganya tanpa salah satunya tidak akan berhasil. Ketiganya adalah kesinambungan yang merupakan resep dari para tokoh-tokoh sukses lainnya.
“Kunci sukses anak muda berpikir kreatif, berani, kerja keras. Berani itu berani mencoba. Pilihan itu banyak. Banyak profesi. Jangan takut memilih dan tidak takut berbeda,” pungkas Hans.