Insitekaltim,Samarinda – Zaman terus berkembang menuju transformasi digital yang memanfaatkan teknologi dan internet. Berbagai perubahan semakin terasa, mulai dari kendaraan auto pilot, perabotan pintar bertenaga robotik dan yang terbaru adalah sistem belajar.
Tak ingin ketinggalan, sumber daya manusia (SDM) kini mulai diperkenalkan sedini mungkin dengan smartphone atau gawai untuk memulai babak baru sistem pembelajaran yang berorientasi pada zaman modern.
Terbaru dari Google for Education, para tenaga pendidik dan murid diajak mengenal cara belajar yang efektif dan efisien menggunakan Chromebook. Dalam acara lokakarya bertajuk “Cara Baru untuk Belajar” yang digelar di Hotel Aston Samarinda, Google memperkenalkan fitur-fitur canggihnya.
Tak perlu bersusah payah, para guru dapat menyelesaikan laporan atau kuis yang membutuhkan waktu lama, tetapi bisa diselesaikan hanya dengan kalimat perintah sederhana dan menekan tombol atau tools melalui Artificial Intelligence (AI) bernama Gemini, tugas-tugas terselesaikan.
Begitu pula dengan murid, mereka akan lebih fokus dan belajar banyak hal dalam kurun waktu satu jam dengan berbagai kecanggihan Gemini oleh Google for Education. Kemudian, tak lagi khawatir murid mengakses situs berbahaya, kecanggihan Chromebook mampu memblokir situs tersebut.
Gambaran di atas membuka pandangan ke depan tentang cara belajar baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Tetapi, nilai-nilai plus ini tidak serta merta membawa kemudahan. Sebagian pihak melihatnya dengan kengerian baru.
Produk-produk yang bersifat instan tadi bisa menumbangkan kreativitas, kemampuan bertahan dalam menyelesaikan masalah, mengurangi kemampuan mengolah informasi dan beberapa hal lain yang ditakutkan yang mampu menumpulkan ketajaman otak.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Jarwoko menjelaskan bahwa pada dasarnya kecanggihan teknologi, termasuk Chromebook bersifat netral.
“Tergantung cara kita menggunakan. Menurut saya alat tersebut justru menjadi alat bantu untuk kita mendapatkan pengetahuan. Tetapi sekali lagi itu hanya alat,” ujarnya, Selasa (9/7/2024).
“Ketika seseorang setelah tahu tidak membuat perbaikan, ya tidak terjadi apapun,” sambungnya.
Walau ikut khawatir, tetapi ia tidak ingin semua pihak menutup mata akan perkembangan zaman yang memang mengarah pada kecanggihan teknologi, salah satunya AI. Dirinya mengaku bahwa pihaknya mendukung hadirnya teknologi di tengah-tengah cara belajar yang baru saat ini.
“Tentu hal seperti ini tidak bisa dihindari. Memang kita membutuhkan teknologi, bagaimana kecerdasan AI maupun segala kemudahan atau fasilitas yang diberikan oleh Chromebook tersebut justru membawa dampak positif bagi dunia pendidikan,” tuturnya.
Jarwoko berpesan teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan manusia secara keseluruhan. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling canggih, mengalahkan teknologi yang hanya buatan manusia dan tidak sekompleks manusia.
Nilai-nilai yang ada pada manusia seperti empati dan sosial tidak dimiliki oleh teknologi. Sekalipun tercipta teknologi yang mengklaim memiliki kemampuan tersebut, baginya tidak ada yang serupa dengan manusia.
“Namun saya tegaskan bahwa teknologi tidak bisa menggantikan manusia. Karena itu teknologi hanya mempermudah dan jangan sampai diprosesnya itu nanti menghilangkan nilai kemanusiaan,” tambahnya.
Untuk pendidikan, Jarwoko melihat teknologi yang dikonsumsi peserta didik tidak membawa manfaat atau malah membawa kemunduran dalam akademiknya, maka pasti akan ditiadakan. Namun, teknologi diciptakan untuk membuat sistem pembelajaran lebih aman, nyaman, menyenangkan dan paling penting meningkatkan kecerdasan peserta didik.
“Kalau ada teknologi, kemudian teknologi itu tidak menunjang proses peserta didik, maka itu harus diabaikan. Karena kontraproduktif,” urainya.
Menanggapi kekhawatiran terkait teknologi yang mengancam produktivitas manusia, Jarwoko menekankan bahwa kita tidak bisa terhindar dari teknologi.
“Sekalipun kita anti teknologi, kita akan ketinggalan zaman. Sedangkan basis kehidupan kita sudah segala digitalisasi. Yang terpenting adalah bahwa teknologi itu adalah alat bantu, dan utamanya adalah tetap manusia,” tutupnya.