Reporter: Akmal – Editor: Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda mulai mengatur skema solusi untuk titik banjir baru. Wali Kota Samarinda Andi Harun mengatakan akan menerapkan solusi penanganan jangka pendek, menengah dan panjang.
“Melalui hasil rapat terdapat ada tiga penyebab munculnya titik banjir baru di beberapa daerah,” ujar Andi di Balai Kota Samarinda, Rabu (7/7/2021).
Untuk solusi pertama, pihaknya memperbaiki drainase atau sungai-sungai yang mengalami sedimentasi. Hal itu ia muat dalam rencana jangka pendek, dan akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat.
Dalam hal ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda mulai besok akan menormalisasi saluran drainase.
“Saya juga akan melaksanakan gotong-royong di tingkat RT, kelurahan, dan kecamatan supaya lebih intens,” paparnya.
Sementara itu untuk solusi jangka menengah dan panjang, titik lokasi yang akan menjadi fokus program penanganan banjir ialah Jalan Jakarta dan Jalan Pangeran Antasari.
Politikus Gerindra ini menuturkan, dua program tersebut pihaknya akan meminta bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk pendanaan.
“Kita memiliki tanah sekitar 18 hektare dan kita usulkan ke BWS untuk pembuatan polder di sekitar Jalan Jakarta. Kita harapkan dibangun oleh BWS,” jelasnya.
Pihaknya akan melakukan tinjauan langsung ke Jalan Pangeran Antasari Pemkot bersama Dinas PUPR. Hal itu untuk melihat drainase yang memerlukan perbaikan.
“Sehingga aliran air langsung menuju ke arah Sungai Mahakam. Pembukaan crossing drainase ini akan melalui median jalan,” bebernya.
Selain itu ia juga akan membuka median jalan, agar bisa difungsikan. Supaya drainase tidak memiliki banyak kelokan, dan air bisa mengalir cepat saat hujan deras kembali turun.
“Alasan dari penggunaan median jalan dan bukan ambil sisi pinggir jalan, karena mencegah terjadinya konflik sosial dan biaya ganti rugi,” kata Andi.
Dengan adanya bantuan dari Pemprov Kaltim dan BWS, Pemkot akan mudah menyelesaikan masalah di titik banjir yang krusial di luar dari titik banjir simpang Lembuswana, simpang Sempaja, dan simpang DI Panjaitan.