Reporter : Mohammad Editor: Redakasi
Insitekaltim,Bontang – Perempuan penyabar ini lahir di pulau Jawa tepatnya di kabupaten Magetan, Jawa Timur pada 6 Februari 1985. Sehari-hari dia berprofesi sebagai Guru IPA di SMPN 8 Bontang. Dia adalah Sri Wahyuni atau biasanya dipanggil Gayun.
Istri dari Sudarmadi ini, kini dikaruniai seorang putra bernama Wisnu Aditya Nugraha Anak dan seorang putri bernama Elok Pambayung Istiqomah.
Gayun tinggal bersama keluarga kecilnya di jalan A Yani Gang Rawa Indah, Bontang Utara.
Gayun kecil mengenyam pendidikan di SDN Duwet II dinyatakan lulus pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SLTPN 1 Kawedanan, lulus 2000. Dan menamatkan sekolah atasnya pada 2003 di SMU PGRI 1 Maospati Magetan Jawa Timur.
Semenjak kuliah Gayun memantapkan hati di IKIP PGRI Madiun, dan dinyatakan lulus pada tahun 2007.
Gayun tercatat sebagai peraih Satya Lencana Karya 10 tahun dan menjadi Juara 2 Olimpiade Guru Nasional (OGN) Tingkat Kota Bontang 2015 serta menjadi Juara 3 OGN Tingkat Kota Bontang 2019.
Dia dipercaya Disdikbud Bontang sebagai Tim Penyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) pada semester I tahun 2020. Atas karyanya tersebut, Disdikbud Bontang memberikan penghargaan berupa piagam dan SK Tim Penyusun LKS untuk SMP di Kota Bontang.
Selama penyusunan LKS, Gayun mengalami berbagai kendala seperti waktu yang terlalu mepet dan harus mendampingi anak didiknya dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Bertepatan dengan kegiatan PJJ, dan kegiatan yang lain. Waktu yang singkat bersamaan dengan pembelajaran daring dan mendampingi anak-anak saat pembelajaran daring. Alhamdulillah bisa menyelesaikan tugas,” ungkapnya kepada insitekaltim.com Sabtu (31/10/2020).
Gayun berpesan kepada semua pelajar agar selalu mematuhi protokol kesehatan selama pandemi covid-19 ini. Dan disiplin menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjajaga jarak).
“Mematuhi aturan protokol kesehatan dan selalu bersemangat dalam dalam belajar selama Covid-19 ini. Kita berdoa semoga pandemi ini segera berakhir,” tambahnya.
Gayun berharap semoga siswa punya kesadaran diri untuk belajar meskipun tidak ada yang mengawasi secara langsung. Siswa punya niat untuk belajar serius meskipun belajar dari rumah, punya mindset bahwa belajar tidak harus ada guru, tidak harus di sekolah. Siapapun dan dimanapun mereka bisa belajar.
Selama proses PJJ ia menemukan banyak kendala. Menurutnya, beberapa siswa harus membantu pekerjaan orang tuanya dan ada yang tidak memiliki HP.
“Ada juga keluarga yang memiliki anak lebih dari dua dan hanya memiliki satu HP untuk digunakan bergantian. Ada siswa yang memiliki HP satu dan dipakai bergantian dengan adik dan kakaknya, ada yang HPnya dibawa kerja orang tuanya. Sehingga tugas-tugas yang diberikan tidak dikerjakan,” tambahnya.