Insitekaltim, Samarinda – Pulau Maratua adalah mutiara di ujung negeri, berada di Kabupaten Berau Kalimantan Timur (Kaltim). Maratua menyimpan keindahan luar biasa dengan terumbu karang, pantai pasir putih, dan keanekaragaman hayati yang memikat setiap wisatawan yang datang.
Namun, pulau yang menjadi gerbang terluar Indonesia ini juga menghadapi tantangan besar, mulai dari keterbatasan infrastruktur, kesenjangan pembangunan, hingga ancaman terhadap ekosistem.
Sebagai salah satu bentuk promosi, Pemerintah Provinsi Kaltim menginisiasi Maratua Run 2025, sebuah ajang lari internasional yang digelar pada 13–16 Februari mendatang. Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik menjelaskan tujuan ajang ini bukan sekadar olahraga, tetapi juga promosi pariwisata terpadu.
“Kami ingin mengombinasikan wisata dan olahraga, terutama di remote area seperti Maratua. Potensi besar ini harus dikenal lebih luas,” kata Akmal Malik saat acara Coffe Morning Maratua Run di Rujab Gubernur Kaltim, Jumat (3/1/2025).
Ajang yang menawarkan hadiah hingga Rp785 juta ini melibatkan masyarakat lokal, termasuk menjadikan rumah-rumah warga sebagai guest house atau home stay. Upaya ini tidak hanya mendukung wisata, tetapi juga memberikan dampak langsung pada ekonomi masyarakat Maratua.
“Rumah penduduk akan menjadi penginapan, dermaga disiapkan, semuanya melibatkan masyarakat agar mereka ikut merasakan manfaat langsung,” tambah Akmal.
Keberlanjutan Melalui Pariwisata dan Infrastruktur
Maratua Run 2025 adalah langkah positif yang tidak hanya mempromosikan potensi wisata, tetapi juga menghidupkan sektor ekonomi lokal. Namun, keberhasilan ajang ini harus menjadi awal dari kebijakan jangka panjang. Pariwisata berbasis kegiatan ini tidak akan cukup tanpa peningkatan infrastruktur yang mendukung, seperti transportasi, akses air bersih dan telekomunikasi.
Pembangunan landasan pacu bandara perintis di Maratua pada 2017 menunjukkan komitmen pemerintah, tetapi konektivitas udara yang masih terbatas perlu ditingkatkan.
Dengan penerbangan perintis yang hanya beroperasi tiga kali seminggu, wisatawan internasional dan domestik menghadapi kendala besar dalam menjangkau pulau ini. Di sisi lain, jalur laut membutuhkan pengelolaan yang lebih baik, termasuk jadwal transportasi yang lebih terorganisasi.
Penduduk lokal mayoritas dari suku Bajo, telah lama menjadi penjaga ekosistem pulau ini. Model pengelolaan berbasis komunitas dapat menjadi solusi untuk menjaga keseimbangan antara pariwisata dan kelestarian lingkungan. Masyarakat tidak hanya harus dilibatkan sebagai pelaku, tetapi juga mendapat pelatihan, akses teknologi dan bantuan pengelolaan wisata berkelanjutan.
Di era digital, promosi wisata Maratua harus lebih agresif. Pemerintah daerah bisa memanfaatkan media sosial, platform pariwisata, hingga kolaborasi dengan influencer global untuk memperkenalkan Maratua ke pasar internasional.
Sebagai perbandingan, kesuksesan destinasi seperti Raja Ampat tidak lepas dari strategi digital yang kuat, menghubungkan wisatawan dengan agen lokal tanpa perantara besar yang seringkali mengambil keuntungan lebih besar.
Maratua Run 2025 dapat menjadi titik balik. Ajang ini adalah platform untuk menunjukkan keindahan Maratua kepada dunia, tetapi juga menjadi refleksi terhadap potensi dan kebutuhan yang ada. Dengan mengundang peserta internasional, pemerintah dapat memperluas jejaring promosi pariwisata Kaltim dan membuka peluang kolaborasi.
Merawat Ekosistem di Tengah Pariwisata
Keindahan bawah laut Maratua adalah daya tarik utama, tetapi juga merupakan ekosistem yang rapuh. Kegiatan besar seperti Maratua Run 2025 harus disertai dengan regulasi ketat untuk memastikan tidak ada kerusakan lingkungan yang terjadi. Pemerintah daerah dan masyarakat perlu memanfaatkan momen ini untuk mengedukasi wisatawan tentang pentingnya konservasi.
Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik, menegaskan bahwa Maratua adalah ikon potensi wisata berkelanjutan di perbatasan. “Kami ingin semua potensi ini terangkat tanpa melupakan ekosistem. Karena pada akhirnya, ini adalah tentang masa depan Maratua,” katanya.
Maratua Run 2025 adalah langkah signifikan dalam perjalanan panjang Maratua untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia. Namun, keberhasilannya akan bergantung pada sinergi antara pemerintah, masyarakat dan investor. Komitmen terhadap pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian lingkungan harus menjadi prioritas.

