Insitekaltim,Samarinda – Libur Lebaran hampir usai. Para pemudik kini berbondong-bondong menuju daerah perantauan untuk kembali beraktivitas baik bekerja, sekolah dan sebagainya.
Salah satunya yang ramai dibahas di media sosial yakni kembalinya sang pejuang rupiah untuk mencari nafkah.
Para pekerja dari berbagai sektor dan usia tersebut saat ini harus meninggalkan momentum libur panjang Lebaran.
Kembali dihadapkan atas kewajiban dan tanggung jawabnya, para pejuang rupiah akan mengingat saat-saat bertemu dengan keluarga, orang tua dan sahabatnya di kampung halaman.

Shintia, seorang bidan dari rumah sakit di Jawa Barat (Jabar) harus kembali ke daerah tugasnya dan meninggalkan keluarganya yang berada di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim).
Hanya dua kali dalam setahun ia bisa berkumpul bersama keluarga tercinta. Ketika libur nasional menjelang Hari Raya Idulfitri dan libur nasional Natal dan Tahun Baru.
Sempat mampir ke Kota Samarinda melepas rindu bersama teman-teman seperjuangan semasa kuliah, Shintia mengungkapkan jika perantauannya tidak lagi sesedih awal pertama ia melancong ke Samarinda untuk kuliah.
Kini, walau harus berpisah dengan keluarga dan teman-temannya, Shintia mengaku bersyukur dan senang bisa diberi umur untuk bertemu di momentum silaturahmi ini.
“Dulu awal saja sedih pas kuliah. Sekarang ada sedih dikit tapi sudah terbiasa, namanya juga pejuang rupiah,” terang Shintia sambil tertawa, Minggu (14/4/2024) .
Hal senada juga dirasakan Shela yang juga berprofesi sebagai bidan di sebuah proyek tol di Balikpapan. Ini menjadi kali keduanya mudik setelah hampir satu tahun delapan bulan ia merantau dari Samarinda-Balikpapan untuk bekerja.
Selain ingin mencari pengalaman baru di bidang medis, ia ingin merasakan kondisi sebagai seorang perantau.
Berlalu dengan cepat, Shela akan kembali ke lokasi kerjanya dan segera meninggalkan keluarganya kembali.
Cukup dekat dengan keluarganya, ia menyampaikan ada sedikit kesulitan untuk berpisah sewaktu bekerja. Memiliki adik-adik yang masih merindukan, membuat Shela harus menahan kesedihannya.
“Apalagi yang kecil (adik) sampai dibujuk-bujuk dulu, diiming-imingi ini itu supaya mau pisah. Sedih tapi mau bagaimana lagi harus mencari nafkah,” ujarnya.
Masih banyak lagi kisah para pejuang rupiah harus meninggalkan suasana hangat dan indahnya Lebaran.
Namun melanjutkan hidup merupakan hal penting yang harus dilakukan. Tak perlu sedih, di tahun berikutnya semoga dapat berkumpul kembali di hari yang fitri di kampung halaman. Selamat kembali bekerja.