Insitekaltim, Samarinda – Uji coba Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Samarinda tidak hanya berfokus pada penyediaan makanan bergizi bagi siswa, tetapi juga pada upaya memastikan program ini inklusif dan aman bagi semua penerima manfaat.
Dengan melibatkan tim profesional, skrining ketat dan dapur sehat yang akan tersebar di berbagai wilayah Kota Tepian. Uji coba MBG yang dilakukan mencakup 3 sekolah dari jenjang TK, SD hingga SMP di Kelurahan Air Putih pada Selasa (10/12/2024), menjadi contoh upaya holistik dalam pemenuhan gizi anak.
Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda Ulu Ginti Maulina mengungkapkan bahwa timnya telah melakukan langkah antisipatif untuk memitigasi risiko, khususnya bagi siswa yang memiliki alergi makanan. Skrining dilakukan bekerja sama dengan guru dan orang tua siswa.
“Komunikasi dengan guru dan orang tua dilakukan untuk mengetahui siswa yang memiliki alergi makanan, sehingga menu makanan dapat disesuaikan. Misalnya tanpa telur jika ada yang alergi telur. Menu alternatif akan disediakan khusus,” ujar Ginti.
Skrining ini dianggap vital, mengingat banyak siswa sekolah dasar yang belum mengetahui alergi yang mereka miliki. Peran guru dan orang tua menjadi kunci dalam mendeteksi dan melaporkan kondisi alergi siswa kepada pihak SPPG.
Untuk memastikan program berjalan optimal, evaluasi rutin menjadi bagian integral dari pelaksanaan MBG. Wakil Ketua SPPG Sirajul Amin menjelaskan bahwa evaluasi dilakukan untuk mengidentifikasi tantangan dan memperbaiki layanan secara berkala.
“Evaluasi akan terus dilakukan selama program berlangsung, sehingga kami dapat terus melakukan penyempurnaan,” kata Sirajul.
Program MBG juga didukung oleh sembilan Dapur Sehat yang tersebar di beberapa wilayah Samarinda. Ginti dan Sirajul Amin telah ditugaskan untuk memulai pengelolaan Dapur Sehat di wilayah Samarinda Ulu. Tim SPPG yang terdiri dari 51 orang bertanggung jawab memproduksi hingga 3.000 porsi makanan setiap harinya.
“Di Samarinda Ulu, kami bertugas bersama untuk mengelola kegiatan ini, di mana nantinya setiap dapur akan memproduksi 2.000 hingga 3.000 porsi,” ungkap Ginti.
Dia menambahkan bahwa seluruh petugas dapur telah menjalani pelatihan selama tujuh bulan yang mencakup manajemen pangan, higienitas dan sanitasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan makanan yang dihasilkan aman dan sesuai standar kesehatan.