Insitekaltim, Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya menekan angka kasus malaria dengan menargetkan eliminasi penyakit tersebut di seluruh kabupaten/kota. Hingga saat ini, dari sepuluh daerah di Kaltim, lima di antaranya telah berhasil mencapai status eliminasi malaria, sementara lima lainnya masih berproses menuju bebas malaria.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kaltim, dr. Jaya Mualimin, menjelaskan bahwa upaya eliminasi malaria menjadi salah satu prioritas utama sektor kesehatan daerah. Pemerintah daerah bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan berbagai langkah intensif untuk menurunkan angka kasus dan mencegah penularan lokal.
“Sekarang target kita itu eliminasi malaria. Di 10 kabupaten/kota, 5 sudah tereliminasi. Tinggal 5 daerah, Kutai Barat, Paser, Berau, Kutai Timur, dan Penajam Paser Utara. Yang paling tinggi berada di Paser, kemudian Berau,” jelas dr. Jaya.
Menurutnya, untuk dapat dinyatakan bebas malaria, suatu daerah harus memenuhi sejumlah indikator, salah satunya adalah tingkat infeksi parasit yang sangat rendah.
Infeksi tersebut diukur berdasarkan jumlah kasus positif malaria dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam satu tahun.
“Infeksi parasit setahun itu tidak boleh lebih dari persen dari jumlah penduduk. Kalau lebih dari persen atau bahkan persen maka itu masih endemik,” terangnya.
Ia menambahkan, sebagian kasus malaria di Kaltim berasal dari masyarakat yang datang dari daerah endemik di luar wilayah. Kasus semacam itu tidak memengaruhi status eliminasi karena sumber infeksinya bukan berasal dari penularan lokal.
“Ada infeksi yang dari orang luar ke penduduk kita. Tidak masalah karena itu dari endemik luar,” ujar dr. Jaya.
Namun, yang menjadi perhatian utama pemerintah adalah infeksi endogenus, yaitu penularan malaria yang terjadi antarpenduduk lokal di daerah tersebut. Menurutnya, agar status eliminasi bisa dicapai, maka penularan lokal harus benar-benar dihentikan.
“Tapi kalau misalnya penduduk kena malaria yang diakibatkan penduduk sini, berarti infeksi endogenus atau infeksi dalam daerah. Itu harus tidak ada. Nol persen,” tegasnya.
dr. Jaya menuturkan, untuk mencapai eliminasi malaria, Dinas Kesehatan Kaltim terus memperkuat sistem deteksi dini dan pengawasan kasus. Puskesmas dan rumah sakit di daerah ditugaskan melakukan surveilans aktif, terutama di wilayah yang masih ditemukan kasus positif.
Selain itu, masyarakat juga didorong untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala demam berulang agar dapat ditangani sejak dini.
Upaya pengendalian vektor juga menjadi fokus penting.
Dinkes bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan penyemprotan insektisida, distribusi kelambu berinsektisida, dan edukasi tentang pencegahan gigitan nyamuk.
dr. Jaya menambahkan bahwa dukungan masyarakat menjadi faktor kunci keberhasilan program eliminasi. Ia mengajak seluruh pihak, baik tenaga kesehatan maupun warga, untuk berperan aktif dalam mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Dengan kerja sama lintas sektor dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat, Dinkes Kaltim optimistis lima daerah yang masih berstatus endemik dapat segera menyusul daerah lain yang telah berhasil mencapai eliminasi malaria.

