Insitekaltim, Denpasar – Baru berusia kurang dari setahun, Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Bali sudah menunjukkan langkah berani untuk membawa industri media lokal menuju ekosistem yang lebih sehat.
Di bawah kepemimpinan Nyoman Adi Irawan, organisasi ini tak hanya fokus membangun silaturahmi tetapi juga mendorong profesionalisme media di Pulau Dewata.
“Ini tentang tanggung jawab besar kita untuk menciptakan ekosistem pers yang sehat. Standarisasi perusahaan media melalui verifikasi Dewan Pers menjadi kunci penting, meskipun prosesnya tidak mudah,” ujar Nyoman dalam diskusi bersama pengurus JMSI Kaltim yang berkunjung ke Bali pada Jumat, 10 Januari 2025.
Meski baru terbentuk pada Februari 2024, JMSI Bali langsung tancap gas. Saat ini, dari 13 media yang tergabung, lima di antaranya sudah memenuhi standar verifikasi Dewan Pers. Menurut Nyoman, ini baru langkah awal menuju transformasi besar.
“Kami ingin semua anggota siap secara kualitas, baik dari segi konten maupun manajemen. Verifikasi Dewan Pers memang berat, tapi ini adalah langkah yang tak bisa ditawar jika ingin media kita berkembang lebih profesional,” jelasnya.
Tak hanya itu, Nyoman juga menyoroti peran pemerintah dalam mendukung media lokal. “Kerja sama dengan pemerintah masih menjadi tulang punggung bisnis media di Bali. Pemerintah memiliki tanggung jawab membina kami, terutama karena mayoritas anggota kami masuk kategori UMKM,” ungkapnya.
Namun, tantangan lain muncul dari sektor swasta. “Mendapatkan kerja sama dengan swasta lebih tricky, tapi kami terus mencoba menjajaki peluang. Media lokal harus lebih kreatif dan inovatif untuk menarik perhatian,” tambah Nyoman.
Angin Segar dari Perpres 32/2024
Harapan besar juga datang dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 32 Tahun 2024 tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas. Regulasi ini mewajibkan platform digital menjalin kerja sama dengan media pers, termasuk media lokal.
“Ini momentum besar bagi media. Dengan adanya kewajiban platform digital untuk bermitra, kami berharap ini juga diimplementasikan di tingkat daerah. Media yang sudah terverifikasi dan tergabung di organisasi seperti JMSI harus mendapat prioritas,” tegas Nyoman.
Bagi JMSI Bali, keberadaan organisasi ini bukan sekadar formalitas. Nyoman menekankan pentingnya pembinaan anggota sebagai bentuk tanggung jawab moral.
“Kami tidak hanya ingin membangun organisasi, tetapi juga membangun anggotanya. Media di Bali harus siap menghadapi perubahan zaman, menjadi profesional dan mampu bersaing di tingkat regional maupun nasional,” katanya penuh semangat.
Ke depan, JMSI Bali akan terus mendorong transformasi di industri media, baik melalui pembinaan anggota, peningkatan kerja sama, maupun inovasi di bidang konten dan bisnis.
“Langkah-langkah ini bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk berkembang. Kami ingin media di Bali menjadi pelopor, tidak hanya di Pulau Dewata tetapi juga di Indonesia,” tutup Nyoman.