Insitekaltim, Batam – Nama Teguh Santosa mencuat sebagai salah satu kandidat kuat menjelang “Kongres Persatuan” Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dijadwalkan akhir Agustus 2025 di Jakarta. Figur ini mulai disebut oleh berbagai unsur PWI di daerah sebagai sosok pemersatu setelah dua tahun konflik internal yang membelah organisasi wartawan tertua di Indonesia itu.
Kongres Persatuan menjadi hasil kesepakatan damai antara dua kubu yang berselisih Hendry Ch. Bangun dan Zulmansyah Sekedang pada Juni lalu, dalam pertemuan yang dimediasi Ketua Dewan Pers, Prof Komaruddin Hidayat. Hendry merupakan ketua umum hasil Kongres Bandung 2023, sedangkan Zulmansyah dipilih dalam KLB Agustus 2024.
Satu bulan menjelang kongres, nama Teguh Santosa mulai menjadi perhatian. Selain Hendry, Zulmansyah, Atal S Depari dan Akhmad Munir, Teguh disebut-sebut sejumlah pihak sebagai calon ideal untuk menakhodai PWI ke depan.
“Teguh dianggap punya pengalaman lengkap dan bisa menjadi jembatan di tengah dua arus besar yang sempat berseteru,” ujar Ketua Harian Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Ari Rahman kepada wartawan di Batam, Rabu 30 Juli 2025.
Menurut Ari, berbagai pengurus dan anggota PWI di daerah menyampaikan harapan agar PWI dipimpin oleh tokoh yang mampu merangkul semua pihak. Nama Teguh muncul dalam komunikasi-komunikasi informal karena dinilai memiliki kapasitas tersebut.
“Teman-teman melihat Bang Teguh sebagai figur pemersatu. Pengalaman, rekam jejak, dan relasinya dengan semua unsur di PWI menjadikan dia sosok yang lengkap,” ujar Ari.
Teguh Santosa bukan nama baru di tubuh PWI. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat periode 2013–2018 dan menjadi anggota Dewan Kehormatan hingga 2020, sebelum mengundurkan diri untuk memimpin JMSI. Teguh juga dikenal sebagai wartawan utama dan pemegang Press Card Number One (PCNO), serta ketua panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di NTB yang dinilai sukses besar.
Ari menyebut komunikasi politik telah dilakukan dengan berbagai unsur daerah. Ia memastikan dorongan dari bawah ini tulus demi masa depan organisasi, bukan kepentingan kubu tertentu.
“PWI harus bangkit dan bersatu kembali. Sosok seperti Bang Teguh diyakini bisa menyatukan tanpa membawa beban masa lalu,” tambahnya.
Menanggapi soal kemungkinan Teguh maju, Ari menyebut hal itu telah dibicarakan dalam Munas JMSI pada Juni lalu. Bila Teguh dipercaya memimpin PWI, mekanisme transisi di JMSI juga sudah disiapkan.
“Yang utama sekarang ini adalah mengembalikan marwah organisasi. PWI terlalu besar untuk terus diliputi konflik,” ujarnya.
Kongres Persatuan yang akan datang dipandang sebagai titik balik penting. Dukungan terhadap Teguh Santosa menunjukkan harapan akan lahirnya kepemimpinan baru yang inklusif, berpengalaman, dan berorientasi pada rekonsiliasi.