Insitekaltim,Samarinda – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Isran Noor mengaku dirinya mendukung dokter spesialis lulusan luar negeri untuk mengabdi di tanah air, termasuk Kaltim.
Diakuinya, selama ini banyak dokter lulusan luar negeri tidak bisa mengabdikan diri di Indonesia sebab dianggap tidak kompeten dan kurang ahli di bidangnya.
“Hanya karena mereka lulusan luar negeri, lalu dianggap tidak punya pengalaman. Padahal mereka itu ada yang spesialis dan ahli bidang kesehatan dan kedokteran. Kan kasihan mereka. Kita juga rugi jika tidak memanfaatkan keahlian mereka,” kata Isran di Samarinda belum lama ini.
Ketua Umum APPSI itu menyadari, beberapa pihak bahkan organisasi profesi dokter banyak menolak Undang-Undang Kesehatan yang akan menerapkan program adaptasi dokter spesialis WNI lulusan luar negeri.
Program tersebut memfasilitasi dokter spesialis yang berkompeten untuk langsung berkontribusi memberikan pelayanan kesehatan tanpa menunggu kuota di institusi pendidikan.
Menurutnya, semakin banyak orang yang terlibat dan melibatkan diri dalam dunia kedokteran dan kesehatan justru akan semakin baik bagi pemerintah juga masyarakat.
Orang nomor satu Benua Etam itu bahkan menyebut dirinya menjadi salah satu yang tidak setuju terhadap suatu kebijakan atau pihak yang menolak kehadiran dokter lulusan luar negeri untuk mengabdikan dirinya di Indonesia.
Meski demikian, ia mengerti dan menganggap penolakan dari beberapa pihak merupakan hal wajar, terlebih Indonesia adalah negara demokrasi yang berarti semua orang bebas menyampaikan saran dan pendapat.
Menolak atau menerima, selama tidak melawan aturan dan mengganggu ketentraman masyarakat.
Ia menegaskan, mau tidak mau, suka tidak suka, saat ini adalah era persaingan, kompetitor dimana-mana. Setiap orang berlomba dan memacu diri menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan.
“Ketika kita tidak memiliki kemampuan apa-apa, maka siap-siap tersingkir,” jelasnya.
Ia pun berharap semua pihak dapat berpikir dan berpendapat secara rasional atas keinginan pemerintah lewat Undang-Undang Kesehatan itu karena mereka tak lain adalah putra-putri bangsa Indonesia.
“Jangan-jangan banyak juga putri-putri Kaltim. Kan kasihan mereka. Terpenting adalah bagaimana kita lihat mereka bekerja dan melayani, kompeten atau tidak. Kan nanti dengan sendirinya juga akan ketahuan dan pasti tidak dipakai orang kalau mereka tidak mampu dan tidak memiliki kompetensi,” pungkasnya.