
Insitekaltim,Sangatta – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutai Timur (Kutim) berencana mengelola sampah organik menjadi briket yang mampu menjadi bahan bakar alternatif arang untuk memasak.
Pengelolaan sampah organik menjadi briket akan bernilai ekonomis serta dapat menyokong ekonomi petani ubi dan UMKM lokal.
Kepala DLH Kutim Armin Nazar menjelaskan dalam membuat briket membutuhkan singkong atau ubi kayu sebagai bahan perekat. DLH tentu akan bersinergi dengan petani dalam memproduksi tanaman ubi kayu.
Sementara untuk pelaku UMKM, pemanfaatan briket sebagai bahan bakar untuk memasak dengan harga yang relatif lebih murah tentunya akan membantu. Briket mengandung energi yang mampu menyaingi batu bara yakni 6.000 kalori.
Dalam penggunaannya briket mempunyai kompor sendiri, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk menggunakan arang dari sampah organik ini.
“Briket punya kompor sendiri jadi tidak perlu khawatir bagaimana menggunakannya untuk memasak,” terangnya kepada Insitekaltim, Sabtu (10/6/2023).
Untuk program ini DLH Kutim akan bersinergi dengan perusahaan PT Kaltim Prima Coal melalui CSR-nya untuk pengadaan alat pencetak briket.
Alat tersebut akan mengonversi sampah organik menjadi bahan baku padat yang menjadi suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien dan mudah digunakan.
“Ini lewat program CSR PT KPC, harapannya bisa terlaksana,” terangnya.
Sementara itu untuk pengelolaan sampah anorganik khusus plastik, DLH Kutim juga akan melakukan pencacah plastik yang bisa diolah menjadi barang yang bernilai ekonomis, sebab sejauh yang ditetapkan adalah pembakaran yang seharusnya menjadi alternatif terakhir.
“Seharusnya plastik bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai ketimbang langsung dibakar, kan sayang,” tandasnya.