
Insitekaltim,Kukar – Penjabat (Pj) Gubernur Akmal Malik memberikan apresiasi kepada I Made Susana atas keberhasilannya membudidayakan jamur tiram sebagai upaya menjaga ketahanan pangan di Benua Etam.
“Pengelolaan produksi jamur tiram ini hasilnya luar biasa. Namun jangan bicara hasil dulu. Tapi, prosesnya sangat bagus. Jadi kita sangat mengapresiasi petani milenial mampu mengembangkan usaha ini,” kata Akmal Malik pada Kamis (28/3/2024) di kediaman petani milenial I Made Susana, saat meninjau dan melihat langsung pengelolaan jamur tiram.
Upaya budi daya tanaman jamur tiram menjadi salah satu wujud serius dan nyata Benua Etam dalam mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah Provinsi Kaltim mengapresiasi masyarakat yang sukses mengembangkan usaha pertanian untuk mendukung ketahanan pangan.
I Made Susana merupakan Pemuda Petani Milenial dan Duta Milenial Kaltim asal Tenggarong Seberang atau L4, Kutai Kartanegara (Kukar).
Penjabat Gubernur Kaltim Akmal Malik sangat mengapresiasi yang dibangun petani milenial Kaltim di L4 ini dengan mengembangkan jamur tiram atau pleurotus ostreatus.
“Kita sudah lihat usaha yang dikembangkan petani milenial ini,” imbuhnya.
Didampingi Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Siti Farisyah Yana, Akmal menjelaskan, proses pengelolaan jamur ini perlu diapresiasi karena kolaborasi dengan penduduk sekitar.
Bahkan, pengelolaan dihimpun dan didukung Koperasi Petani Milenial Nusantara. Di mana, di dalamnya tidak hanya pengembangan jamur tiram, tetapi ternak sapi, kayu sengon dan produk olahan.
“Anak muda harus bersatu. Seperti yang dilakukan I Made Susana bersama petani milenial lainnya. Jangan hanya mengelola jamur. Buat produk olahan agar tetap tinggi harganya,” pesan Akmal.
Harapannya, ada variasi usaha yang dikembangkan. Ke depan bagaimana pemerintah bisa memotivasi para pemuda agar mau mengembangkan profesi petani.
I Made Susana sebagai pengelola jamur tiram/Petani Milenial Kaltim menjelaskan jamur yang dikembangkan selama kurang lebih enam tahun lamanya.
Ia menyebutkan dalam sehari dapat memperoleh produksi hingga 150 kilogram dengan harga jual Rp25 ribu per kilogram.
“Pangsa pasarnya masih lokal Kaltim, sudah sampai di Kutai Timur, Samarinda dan Balikpapan,” jelasnya.