Insitekaltim, Samarinda – Intensitas hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir di Samarinda mengakibatkan kenaikan debit air di Bendungan Benanga Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur (Kaltim).
Bendungan yang memiliki fungsi penting sebagai pengendali banjir dan penyedia irigasi ini kini berstatus darurat Siaga 2. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan potensi banjir di wilayah sekitar aliran sungai.
Bendungan Lempake dikenal sebagai salah satu infrastruktur vital bagi Kota Samarinda. Selain mengurangi risiko banjir di empat kecamatan, yaitu Sungai Pinang, Samarinda Utara, Samarinda Ilir, dan Samarinda Kota, bendungan ini juga menjadi sumber air untuk irigasi yang mencakup lahan seluas 714,56 hektare.
Namun, peningkatan muka air bendungan hingga 8,10 meter dari elevasi normal +7,20 meter, mendekati batas puncak +9,50 meter, memaksa pihak terkait mengambil langkah cepat.
Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV Yosiandi Radi Wicaksono menyatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh curah hujan tinggi di kawasan hulu waduk.
“Keadaan darurat ini terjadi sejak Senin (27 Januari 2025) sore. Kami telah membuka pintu air untuk mengalirkan kelebihan air ke hilir, sambil terus memantau situasi secara intensif,” jelas Yosiandi pada Selasa, 28 Januari 2025.
Meski upaya pengendalian terus dilakukan, masyarakat di sekitar aliran hilir Bendungan Lempake tetap diminta waspada terhadap potensi genangan.
Wilayah-wilayah seperti Perumahan Bengkuring, Betapus, Jalan Pemuda, Jalan Dr. Soetomo, Jalan S Parman, Jalan Cendrawasih, Jalan Gelatik, hingga kawasan Kampus Universitas Mulawarman (Unmul) menjadi area yang paling rawan terdampak.
Yosiandi mengimbau agar warga di wilayah tersebut meningkatkan kesiapsiagaan dan memantau perkembangan informasi secara berkala.
“Langkah antisipasi telah diambil, tetapi masyarakat juga perlu memahami bahwa risiko banjir tetap ada, terutama jika intensitas hujan di hulu terus tinggi,” ujarnya.
Sebagai pengendali banjir utama di Samarinda, Bendungan Lempake berfungsi menampung limpasan air dari kawasan hulu dan mengalirkan secara terkendali ke hilir.
Selain itu, bendungan ini menopang sektor pertanian dengan menyediakan suplai air untuk irigasi potensial seluas 483,72 hektare dan irigasi fungsional 230,84 hektare.
Namun, peningkatan muka air yang melampaui ambang batas normal menjadi peringatan bahwa infrastruktur ini membutuhkan perhatian lebih, baik dalam hal perawatan maupun peningkatan kapasitasnya.
Banjir yang berulang di Samarinda menandakan perlunya pengelolaan tata air yang lebih terintegrasi di masa depan.
Pihak Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV memastikan akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk meminimalkan dampak banjir.
Warga diimbau untuk mengikuti instruksi resmi dan mempersiapkan diri menghadapi potensi bencana.
“Keselamatan warga menjadi prioritas kami. Kami mengimbau masyarakat untuk tidak panik tetapi tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan,” pungkas Yosiandi.
Dalam situasi ini, kerja sama antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak dari ancaman banjir yang mungkin terjadi.