Reporter: Muhamamad – Editor: Redaksi
Insitekaltim,Bontang – Penyusunan lembar kerja siswa (LKS) untuk Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) di Bontang sudah mencapai tahap editing.
Salah seorang anggota tim penyusun, Tri Ayuningsih yang juga guru PJOK SDN 008 Bontang Utara mengatakan LKS PJOK dikerjakan oleh 24 orang guru. Setiap kelas ada 4 orang, 1 koordinator dan 3 penyusun.
“Guru yang terlibat keseluruhan sebanyak 24 orang. satu kelas ada empat guru penyusun, satu koordinator dan tiga anggota penyusun,” ungkap Ayu kepada insitekaltim.com, Senin (2/11/2020).
Dalam proses pembuatan LKS untuk SD yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang, Kelompok Kerja Guru (KKG) PJOK mengalami banyak kendala. Apalagi penyusunan ini yang pertama bagi Ayu.
Terlebih, Disdikbud mendaulat dirinya menjadi koordinator Tim Penyusun LKS PJOK.
“Ini pengalaman pertama bagi kami dalam menyusun LKS. Tantangan ini membuat kami semakin kompak dan dapat menyelesaikan LKS ini dengan baik,” ungkap Ayu.
Menurut Ayu, KKG PJOK Bontang harus menyesuaikan materi, termasuk harus menyesuikan dengan ide guru yang lain. Pasalnya, setiap sekolah memiliki fasilitas yang berbeda. Selain itu penggunaan kurikulum yang berbeda yang harus di sesuaikan. Ada sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2013 (K13) dan ada juga kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) K13.
“Kita berpatokan pada Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018, sehingga bisa kami sesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah,” tutur Ayu.
Dikatakan Ayu, materi PJOK berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Dimana dalam PJOK ini terdapat materi dan keterampilan motorik (praktik).
“Yang kami temukan di lapangan untuk kelas 1 dan 2 negeri masih dipegang guru kelas, bukan guru PJOK. Kami khawatir materi yang disampaikan tidak sesuai dengan materi PJOK,” sambung Ayu.
Selama ini KKG PJOK Bontang yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6 sudah membuat video yang mempermudah siswa dalam PJJ.
“Kami sudah membuat video pembelajaran di youtube channel. Kami berharap anak didik bisa mengambil atau mengunduh hanya di channel youtube kami,” kata Ayu.
Menurutnya dalam PJJ banyak siswa dan orang tua mengalami kesulitan dalam praktik materi PJOK. Di antaranya seperti, praktik renang yang membutuhkan tempat renang atau kolam renang. Apalagi kondisi pandemi seperti ini belum tentu pemilik kolam renang mengizinkan.
“Banyak kendala yang dialami siswa seperti kurangnya sarana dan prasarana. Contoh siswa yang tidak memiliki bola kasti. Kami menyuruh siswa tersebut untuk membuat dari kertas yang digulung berbentuk bola kasti. Sedangkan alat pemukulnya bisa dari ranting kayu,” kata Ayu.
Ayu juga rajin mengunjungi para siswa, menanyakan kendala yang dihadapi selama proses PJJ. Dia tidak memberatkan kepada siswanya untuk melakukan penugasan PJOK.
“Kami secara intensif mengunjungi siswa ke rumah masing-masing, berdiskusi dengan orang tua agar mengetahui kendala apa yang dihadapi siswa,” tambah Ayu.

