Insitekaltim,Samarinda – Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor berkali-kali melontarkan kritik kepada pemerintah pusat agar membagi porsi anggaran dengan komposisi 70 persen untuk APBD dan 30 persen APBN (pusat). Sebab hingga saat ini, komposisi anggaran masih berkutat 70 persen pusat dan 30 persen daerah.
Menurutnya, porsi anggaran tersebut terlalu sedikit dan tidak sebanding dengan banyaknya urusan yang dibebankan kepada daerah. Sementara pusat, dengan urusan yang lebih sedikit porsi anggarannya sangat besar. Daerah akan selalu sulit berkembang dengan keterbatasan itu.
Sehingga terjadilah kemudian seperti kasus di Provinsi Lampung hingga dikunjungi langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Kritik tersebut ditanggapi Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda Angkasa Jaya. Dia menilai kecukupan dana sebenarnya adalah hal yang relatif. Tergantung bagaimana pemerintah daerah ataupun pusat mengelolanya.
“Bicara cukup atau tidak cukup itu relatif. Tapi bagaimana kita bisa membentuk perencanaan,” kata Angkasa Jaya di ruang kerjanya, Rabu, (7/6/2023)
“Pusat ga sebodoh itu, kalau 70 persen digelontorkan ke daerah, apa kalian semua tidak terjebak dalam KPK,” tegasnya.
Dia lalu menjabarkan masalah infrastruktur jalan yang dimulai dari masing masing kelas jalan yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Masing-masing memiliki tugas. Oleh karena itu, banyak jalan yang diperbaiki secara tidak menyeluruh hanya karena perbedaan status jalan.
Melakukan perbaikan jalan yang bukan kewenangannya, pun bukan hal yang benar. Maka dari itu, Angkasa menyebutkan bahwa komunikasi yang kurang baik dari pusat ke daerah adalah salah satu penyebab kurang baiknya perbaikan infrastruktur jalan.
Ia justru mengkritik balik Gubernur Isran Noor. Jika memang dana infrastruktur jalan dari pusat terlalu minim, seharusnya Gubenur Kaltim tidak hanya menyampaikan wacana tersebut kepada media dan masyarakat melainkan langsung kepada pemerintah pusat maupun menteri.
Angkasa menegaskan bahwa jika ia menjadi kepala daerah pun ia tidak akan mau memegang dana sebesar itu.
“Artinya tanggung jawab saya ga besar. Dikira gampang kelola anggaran yang begitu besar. Makin besar anggaran kita kelola makin besar juga setannya,” tutup Angkasa.