Insitekaltim, Samarinda – Momen pergantian malam Tahun Baru 2025 telah terlewati. Sewaktu jarum panjang dan jarum pendek pada jam menyatu di angka 12, tiupan terompet dan ledakan indah kembang api menghiasi langit.
Pergantian tahun selalu membawa cerita tersendiri bagi setiap individu. Ada yang menjalaninya dengan penuh suka cita. Ada yang merasa hal ini bukanlah hal spesial. Bahkan ada pula yang melewatinya dengan kabar duka.
Selain itu, dalam momen pergantian tahun sering kali ada istilah membuat resolusi. Dengan visi “Tahun Baru, Resolusi Baru, Semangat Baru”, kegiatan menulis resolusi di masyarakat, terutama anak muda tetap populer hingga hari ini.
Resolusi sendiri merupakan pernyataan tertulis yang berisi tuntutan tentang suatu hal. Banyak kalangan akan menuliskan resolusi mereka di secarik kertas atau sebuah buku, yang menjadi peta untuk meraih impian di dalamnya.
Kemudian tersirat pertanyaan, apakah orang-orang di setiap tahun baru memiliki sebuah resolusi? Apakah mereka menulisnya atau hanya menjadikan sebuah doa semata? Atau apakah mereka bahkan tidak terpikir tentang hal ini.
Sembari menikmati kilau dan bisingnya kembang api, pertanyaan ini sampai kepada beberapa orang. Uniknya, 3 dari 10 orang mengatakan bahwa resolusi tidak penting.
Sinta (26) mengungkapkan dirinya tidak memiliki resolusi. Tidak pernah secara khusus pegawai swasta ini, membuat resolusi. Perempuan lulusan Universitas Mulawarman itu hanya berharap agar menjadi pribadi yang lebih baik.
“Saya tidak memiliki resolusi karena menurut saya setiap hari sama saja. Tidak terlalu penting karena tahun baru bukan momen spesial,” ujar Sinta.
Ditanyai soal harapan lainnya selain untuk lebih baik, dia menyampaikan hanya ingin menjalani hari seperti hari biasanya, menikmati semua prosesnya dan bersyukur atas karunia Allah SWT.
“Saya tidak memiliki motivasi apapun,” tutup Sinta yang ingin lebih fokus menikmati kehidupannya ketimbang menggantungkan harapan di secarik kertas.
Damayanti (24) mengatakan memiliki satu resolusi di tahun 2025. Wanita yang juga seorang pegawai swasta lulusan Universitas Mulawarman itu ingin segera mendapatkan pendamping hidupnya alias menikah.
Walau dirinya tak tahu pasti dengan siapa ia akan melenggang ke pelaminan dan berjuang bersama hingga akhir hayat, Damayanti berharap sang pria adalah imam yang baik, yang mau membimbingnya.
“Resolusi tahun 2025, menikah. Belum tahu sama siapa. Tapi berharap dia laki-laki baik yang bisa jadi imam yang membimbing,” sebut Damayanti.
Ditanya seberapa pentingnya sebuah resolusi, Damayanti tidak menganggapnya penting. Baginya, resolusi akhir dan awal tahun hanya FoMO atau Fear of Missing Out, alias ikut-ikutan di kalangan anak muda belaka.
“Ya FoMO aja, saya pikir biasa aja,” sambungnya.
Ryan (27) menyebutkan bahwa resolusi tidak penting, tetapi memanjatkan doa yang terpenting. Harapan yang disampaikan melalui doa akan jauh lebih baik daripada tulisan belaka yang akan terlupakan seperti yang sudah-sudah.
Walaupun ketika ditanya ada tidaknya resolusi, ia menjawab tidak ada resolusi baru. Resolusi yang ia miliki sama seperti tahun sebelumnya. Tapi tidak ditulisnya. Ryan meletakkan resolusi itu dalam doanya.
“Tidak ada resolusi baru karena resolusi ini dari tahun-tahun sebelumnya. Berdoa itu yang penting, bukan ditulis lalu lupa,” katanya.
Berbagi sedikit tentang resolusinya. Banyak resolusi yang dikemas dalam doa miliknya berhasil tercapai di tahun lalu. Ia berharap doa-doa lainnya akan menyusul di tahun 2025 ini.
Rizky (24) mewakili dominasi suara terbanyak yang menyuarakan bahwa resolusi adalah suatu yang penting untuk mengawali tahun baru. Dia menjelaskan bagai sebuah peta, resolusi yang dijabarkan dengan jelas akan memudahkan ke mana langkah demi langkahnya.
Mencapai sesuatu, menurut Rizky, akan jauh lebih bersemangat apabila ada peta tersebut. Tidak kalut dalam banyaknya keinginan, berfokus pada resolusi yang sudah ditulis membuat impian jadi tertata.
“Kalau ada peta, kita tidak lagi mau ini dan itu. Fokus sama yang sudah kita tata aja dulu,” jelas wanita yang berprofesi sebagai Guru SMA Negeri 10 Samarinda itu.
Rizky mengungkapkan cukup banyak resolusi yang telah berhasil ia capai melalui tulisannya dari resolusi sebelumnya. Tulisan itu ia tempel di sudut lemarinya dengan kaca yang mampu menangkap dirinya dari ujung kepala ke ujung kaki. Sembari berkaca, ia mengucapkan satu per satu resolusi itu seolah sedang membaca rutinitas.
“Sambil ngaca tinggal sebut aja. Pokoknya jadikan kebiasaan. Nanti terwujud,” ungkapnya memberikan tips.
Resolusi tidak selalu sebuah tulisan. Resolusi tidak selalu harus di tahun baru. Laiknya sebuah harapan, kapan dan di mana saja, resolusi dapat dibuat. Tak lupa bahwa resolusi juga baiknya diolah menjadi doa. Alangkah kuatnya resolusi itu apabila dibarengi dengan ‘merayu’ Allah SWT.